Cari Blog Ini

Minggu, 12 November 2017

INTEGRITAS DAN KEJUJURAN
AL FATEHAH AYAT 1 – 7
OLEH WAHYUDI PRATAMA SUTA
PASURUAN JAWA TIMUR
1.     Bismillahir rahmaanir rahim
Bersama Allah yg Maha Pengasih dan penyayang
Semua Kehidupan dan Terbukanya gerbang kehidupan dimulai dari Cakra Dasar yaitu Cakra Kasih Sayang begitulah Percikan Ruh Alloh diinti Sperma dan Ovum sbg pintu utama pembuka kehidupan semua makhluk yg ada disemesta bumi. Pertemuan Lingga Yoni alias pertemuan Adam(energy spermatozoid/ Sari Pati Tanah) dan Hawa( energy Ovum/ Pati Tanah), begitulah kata SariPati bermula Sari menjadi badan halus alias Ruh sedangkan Pati menjadi badan Kasar.
Badan Halus alias Ruh itulah berjuluk ruh al Quds, Percikan Energy Semesta dalam setiap Wujud Kehidupan yg berupa Inti Daya kekuatan setiap Wujud.
Sedangkan Badan Kasar itulah berjuluk Jasmanim bungkus dari pada Energy Semesta itu sendiri sbg pelengkap penampakan energy yg tak tampak oleh panca indra namun dapat dirasakan oleh panca indra.
Disinilah filsafat bahasa arab melabelinya dgn baitul muqoddas alias ALAM KEMALUAN DIRI ( MIRATUL HAYYA’) yg berisi Mani, Madi, Wadi, Manikam, Sirr, Sirr Muhammad, Sirrullah adalah 7 komponen alam jiwa yg melakukan penyatuan Ahadun. Adalah tempat Kesucian awal adanya makhluk hidup baik tanaman,hewan dan manusia. Semua proses awalnya melalui dualitas gen aktif. Dimunculkan dalam bertahan hidup ( survival ) dan dapat diblok oleh sifat takut akan sesuatu ( fear )

2.     Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin
Segala puji bagi Tuhan Semesta Alam
Karena telah Wujud dlm ruang penyatuan maka memujilah segenap wujudnya dgn tunduk dan patuh pada daya guna dirinya masing masing thd ruang bentuk dan wujud yg telah ditetapkan atasnya.
Semua wujud telah berperan atas dayaguna dari bentuk dan untuk peruntukannya sehingga membuahkan hal hal hikmah dari energy yg selalu bergerak dengan kegunaan sifat dan dinamai dengan nama nama yg indah. Sinergi antara energy panas dan dingin (Tai chi) adalah roda perputaran Waktu Siwa Lingga alias sunnatullah alias aksi dan reaksi dalam bentuk seksualitas genetika makhluk yg telah wujud. Untuk terus berproses merawat dan mempertahankan sebuah ekosistem keseimbangan genetika dan populasi kehidupan yg harmonis. Harmonisnya siklus tanaman sbg penyedia oksigen, harmonisnya siklus hewani sbg pelaku keseimbangan rantai makanan dan manusia sebagai pengendali dgn kecerdasan spiritual dirinya dlm Ruang Unik ( al insan sirruhu Ana) Manusia adalah Keunikan Diri Tajali yg tercipta berbeda beda keunikannya agar mampu menggunakan Ruang Uniknya secara sinergi dan simultan dgn Alam Semesta Raya. Dan dapat tertuang dalam perasaan kenikmatan ( pleasure ) dan dapat diblok oleh Perasaan bersalah dan penyesalan ( guilty )


3.     Arrahmanir rahiim
Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Dalam nuansa Cita dan Citra Sang Maha yaitu Kasih Sayang disetiap lini sebagai Cakra Power Solar Plexus alias Surya antara keinginan (will) yg dapat diblok oleh rasa malu (shame) dan ketidakmampuan diri.

4.     Maaliki yaumid diin
Yang menguasai Hari berbalas
Agar manusia selalu mengindahkan hukum dualitas Aksi Reaksi Alam Semesta sbg dasar kemutlakan ajaran kehidupan yg sejati tanpa sekat dan fundamental thd segenap wujud kehidupan. Itulah cakra Jantung letak Sang cinta ( love ) yg mampu diblok oleh rasa benci (grief)
Yg merupakan Baitul Muharrom dalam diri dimana urusan duniawi alias badan kasar dilarang untuk menempati nya secara mutlak. Ruang kalbu Mukmin yg utuh dan final.

5.     Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’in
Engkaulah tempat bergantung segala sesuatu
Cakra Tenggorokan merupakan batas utama antara dualitas jiwa dan lahiriyah, letak sesuatu yg berhubungan dengan vibra suara dan lidah yg mampu membuat resonansi gelombang media komunikasi secara wujud, disinilah muncul dualitas antara kejujuran ( truth ) dan kebohongan ( lies ) maka manifestasi lidah dikatakan secara filsafat bahasa jawa sebagai songgo langit alias Tiang daripada langit langit pola pikir yg pada era sekarang dikemas secara keilmuan dlm ilmu psikologis modern Neuro Lingustic Programming

6.     Ihdinash shiraathal mustaqiim
Itulah jalan yg lurus
Cakra ajna merupakan tajuk inti dari gerbang bashiroh Allah dimana penglihatan cahaya sejati ini dapat merupakan petunjuk kesejatian ( light insight ) dan dapat diblok oleh sifat sifat samar dan penuh teka teki (ilusi dan delusi)

7.     Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhuubi ‘ alaihim waladl dlaal-liin
Jalan yang Engkau senangi dan bukanlah jalan yg Engkau sesatkan
Maka gerbang Ajna hanya dapat diemulsikan melalui gerbang Cakra Mahkota dengan menggunakan asas Faedah, dimana asas faedah ini sangat menjadi ukuran utama sbg jalan yg disenangi oleh Sang Maha Daya cinta yg Utuh yaitu jalan jalan yg mencermati hikmah hikmah utama yaitu gerbang the power of mindset in Spiritual Awareness alias gerbang Kesadaran Spiritual ruhaniah yg selalu mengutamakan Harmoni dan Keselarasan yg utuh dalam membangun kehidupan secara bersama dan damai dalam keselamatan. Sebagaimana Kisah Musa yg membelah lautan merah alias lautan ego dgn personifikasi firaun sbg sosok penguasa ego tenggelam didalamnya, lalu musa yg berhasil memisahkan ego otak kanan dan kiri dia mengambik jalan tengah yaitu hikmah kebijaksanaan dlm permusyawaratan yg mampu diikuti semua kaum musa dlm menuju selamat adil dan sentousa.




Sabtu, 11 November 2017

Bagaimana makrifatuloh sejati itu ?
By : Wahyudi Pratama Suta
==========================================
Benarkah Makrifatullah adalah pencapaian Tertinggi…?
Apakah benar yg sudah terbuka Bashirohnya ?
Basiroh melihat nur ilahi, nur insani dan nur rasuli adalah sudah makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang sudah melihat dirinya sendiri yang gaib, saudara kembar nya adalah sudah makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang sudah memahami ayat mutasabihat alquran adalah sudah makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang sudah mewarisi imu laduni dan kesaktian adalah seorang yang sudah makrifatuloh ? 
Apakah benar seorang yang sudah memahami teori-teori / filsafat tentang kesadaran universal adalah seorang yang makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang atheis, yang sudah menanggalkan agama adalah seorang yang makrifatuloh ?
Semua pertanyaan-pertanyaan itu mungkin ada yang mengena ke diri kita sendiri, kalau cuma mampu melihat zat ilahi yang meliputi nur-nur itu maka itu disebut makrifat kepada nur ilahi.
Kalau mampu melihat dirinya sendiri/ saudara kembar / Roh Kudus itu berarti makrifat kepada batinnya sendiri.
Kalau mampu menyibak tabir ayat-ayat mutasabihat kitab suci itu berarti makrifat kepada kitab suci.
Kalau mampu mewarisi imu laduni dan memiliki kesaktian itu berarti makrifat kepada kekuatan gaib.
Kalau mampu berfilsafat secara universal itu berarti makrifat kepada pikirannya sendiri.
Kalau dia sudah menanggalkan agama dan berjiwa ateis berarti sudah makrifat kepada pikiran dan logika hatinya sendiri.

Bermakrifat seperti diatas itu sendiri, sudah tidak lagi pengkotak-kotak kan dalam dirinya sendiri.
Cahaya Ilahi sudah direalitaskan menjadi perkataannya sendiri.
Roh Kudus sudah direalitaskan menjadi dirinya sendiri.
Ilmu Laduni dan kesaktian sudah direalitaskan dalam tubuhnya sendiri.
Ayat-ayat kitab suci sudah direalitaskan dalam bahasanya sendiri.
Agama, filsafat dan ateis sudah direalitaskan menjadi kitabnya sendiri.
Alam astral dan kegaiban sudah direalitaskan menjadi alam nyata dan realita.
Akhirnya yang disebut makrifatuloh sejati itu tak lain adalah menjadi Diri Sendiri, menjadi manusia apa adanya, atau menjadi manusia biasa saja.
Sebagai manusia biasa, tentu akan hidup atas kehendaknya sendiri dan menyelaraskan dengan kepentingan dirinya sendiri, artinya bila si badan ini haus, lapar maka bersegeralah minum dan makan tanpa harus menahan-nahan segala.
Bila si badan ini lelah maka tidurlah.
Bila si badan ini sakit maka berobatlah.
Bila si badan ini ingin kaya maka bekerjalah.
Apakah gampang menjadi manusia biasa ? sangat sulit !
bahkan luar biasa sulit !
letak kesulitannya adalah si ruh atau badan halus kita harus hidup seperti layaknya si badan ini hidup, dengan kata lain si ruh ini lah yang hanya mampu membina dan membimbing si badan ini.

Nah, sulit bukan ? 

berarti menjadi manusia biasa itu harus mengalami sendiri makrifat terhadap cahaya, makrifat terhadap batin, makrifat terhadap pikiran, makrifat terhadap kegaiban, makrifat terhadap perasaan dan makrifat terhadap agama, filsafat, atheis dan isme-isme yang lain.
Lalu apa untungnya menjadi manusia biasa ?
jelas sangat diuntungkan !
dirinya sudah ada di alam kebebasan meskipun masih berjasad, inilah jalan untuk meretas jalan menuju alam kebebasan sesungguhnya, yaitu keabadian.
Bukankah disebutkan di berbagai kitab suci dulu di zaman entah kapan bahwa saya, anda, kita semua sudah menyatakan kesaksian bahwa Tuhan itu esa dan berjanji tidak akan mengingkarinya.
Berjanji kepada siapa ?
bersaksi kepada siapa ? Ya, ternyata kepada si ruh atau badan halus kita sendiri lah kita berjanji dan bersaksi, memang kepada siapa ? kepada Tuhan ?? janganlah bermain-main dengan kata Tuhan, Allah dsb.
Mending instrospeksi dan berkaca kepada diri sendiri, sudahkah saya berkenalan dengan badan halus saya sendiri ? berkenalan ini ya tegur sapa, ada dialog interaktif. 

Bila belum, berarti anda belum memasuki area bermakrifat terhadap batinnya sendiri.
Berarti pula anda selama ini hanya bermakrifat kepada pikiran, halusinasi sendiri dan keyakinan orang lain semata.
Maka tanggalkanlah makrifatuloh !

berjalanlah di muka bumi secara ' telanjang bebas ' tanpa pikiran dan perasaan yang bergelayut doktrinitas orang lain,meskipun orang lain itu sekelas nabi.


Menjadi diri sendiri bukanlah memusuhi nenek moyang, leluhur yang sudah ada di alam keabadian sejati. Justru, diri kita bergabung dalam komunitas mereka yang sudah ada dalam kesadaran tertinggi.
#merdekaaaa..............

Rabu, 08 November 2017

Pengertian antara Ketiadaan dan Keberadaan
By Wahyudi Pratama Suta

Hampir disemua kitab kitab suci agamis, sastra bahasa mereka secara filsafat memuat tentang esensi ketiadaan Tuhan dan Keberadaan wujudnya, bahkan inilah nilai penyaksian yg paling utama didalam setiap kitab sastra suci agar manusia dapat memahaminya, kenapa…?

Semata mata agar jiwa manusia itu dapat kembali kepada kemurnian ketiadaan itu dalam keberadaan dirinya.

Hakikat sebuah ketiadaan yg dapat saya pahami secara selaras antara hati dan logika berpikir, saya melihat secara utuh bahwa Ruang ketiadaan itu merupakan inti daya atau inti energy semesta. Bagaimana saya dapat mengatakannya demikian….?

Saya mencermatinya dengan seksama peta petunjuk untuk meretas satu hal ini dari sebuah kalimat Laa haula wa la quwata illah billahil aliyil adhim, begitulah kalimat filsafat sastra ini mulai hadir dibenak saya dan selalu bertanya kenapa dan bagaimana…??

Tiada Daya upaya selain daya upaya Tuhan, begitulah kalimat tersebut jika diartikan dlm bahasa yg saya kenali, lalu singkronisasi itu terjadi antara nurani dan logika berpikir saat saya memegang sebuah batu, kenapa semua makhluk ada di jaman batu, semua prasasti dan sastra merujuk kpd batu batuan peninggalan bersejarah.

Batu hanyalah sebuah benda bagi awam dia tidaklah hidup…!

Namun bagi saya batu adalah makhluk hidup juga karena batu memiliki kekuatan alias daya semesta.
Setiap hal yg memiliki kekuatan alias daya bagi saya pribadi disitu ada Energy Semesta yg disebut dalam bahasa religius ada Tuhan itu sendiri dalam manifestasi ketiadaan dan keberadaan.

Unsur ketiadaan pada batu kekuatannya tak terlihat secara kasad mata, namun melalui keberadaan wujud batu itulah saya dapat mengenali bahwa ada daya yg tak terpikirkan yg mampu membuat susunan atom pada wujud itu untuk melekat dan menyusun unsur kekuatan didalamnya.
Batu menempati urutan pertama dalam peninggalan prasasti bersejarah dan penciptaan alam semesta yg tampak pada bumi ini bertulang komponen beraneka varian jenis batu batuan di dasarnya.

Penggalian maknawi tentang Ketiadaan dan keberadaan itu sendiri hanyalah dapat dilakukan oleh manusia yg memiliki pola pikir yg mampu menimbang ( hisab dan mizan ) didalam ruang psikologisnya atau ruang jiwanya.
Sementara ketiadaan itu sendiri telah maujud dalam keberadaanya yg tunggal, sehingga dalam peradaban mula diijaman batu mereka mulai belajar menggosokkan batu dgn batu sehingga mampu menimbulkan gesekan dan melahirkan Api untuk membakar.

Dari inti ketiadaan dalam keberadaan sebuah batu yg dipertemukan dan dilakukan gesekan yg terus menerus dan berulang ulang akan menghasilkan ledakan energy yg berupa api, disinilah pengamatan nurani dan logika berpikir mulai tumbuh dan berkembang adanya sebuah aksi dan reaksi antara pertemuan batu dan batu yg menghasilkan energy dlm bentuk lain yaitu api.

Gesekan itulah aksi dan reaksi yg dalam filsafat bahasa arab adalah sunnatullah yg du\ipelajari manusia pada peradabannya dan mengalami perubahan, peningkatan dan pemutakhiran dalam pembelajarannya disetiap peradaban manusia. Sunnatullah atau hokum aksi reaksi dan dualitas ini sering dilakukan kajian kajian yg sangat komprensif dari awal kehidupan dijamannya sampai pada era modern ini.

Sunnatullah yg merupakan hokum kausalitas itu sendirilah yg mengandung gerak alias af’al dan sifat sifat yg multi talent dan berkarakter sesuai wujudnya, sehingga menimbulkan faedah dan kegunaan yg mampu memfasilitasi kehidupan itu sendiri.

Gerak alias af’al dan seifat serta faedah yg mampu dinamai nama nama yg baik untuk peruntukkannya adalah kemuliaan Sang daya itu sendiri sehingga mampu dilabeli dlm sastra bhs arab yaitu Muhammad artinya kemuliaan.
Kemuliaan dari Sang inti daya semesta ini merupakan sunnatullah dlm ruang lingkup keberadaan dari ketiadaan itu sendiri dan keduanya adalah kesatuan yg utuh tanpa sekat.

Dengan saya menyaksikan secara utuh hanya pada batu saya telah menyaksikan Inti daya Ketiadaan dan Keberadaan itu sendiri bahwa Tuhan juga berwajah dalam keberadaan wujud batu.
Wajah bukan bentuk dan rupa batu melainkan dayaguna dalam batu itu sendiri, dimana wajah itu tercermin dalam kekuatan batu yg mampu utuh menyatukan komponen unsure didalamnya dengan gerak yg diam bersifat keras dan berguna sbg penyangga kehidupan kita berupa tulang bumi.
Maka guna itulah Muhammad yg saya saksikan secara utuh meliputi wujud batu dan apa saja yg ada dialam semesta raya ini sesuai dgn wujudnya.


Dan dapat akhirnya saya mengambil seuatu kesimpulan yg pasti bahwa ketiadaan adalah inti daya energy semesta itu sendiri yg tak dapat diserupakan oleh sesuatupun dan tak setara dgn apapun karena energy itu menempati seluruh ruang dan waktu sehingga kecerdasan manusia tak mampu mendeskripsikannya secara persis sehingga difalsalfahkan dalam kalimat filsafat arab laisa kamislihi syaiun maka sebagian kebijaksanaan manusia itu menyatakannya dengan Sang Kosong, Sang Maha Daya, Sang Tiada, Acintya, Sunia, dan dlm filsafat arab yaitu Laa ilaha ilalloh artinya ketiadaan itulah Alloh swt, sedangkan manifestasi wajahnya dapat dipelajari secara ilmiah yaitu keberadaan wujudnya yg difalsafahkan dengan kalimat muhammadarosulullah yg artinya kemuliaan itulah utusan yg nyata yaitu gerak sifat dan faedah yg dapat dilabeli dengan nama nama yg baik atau asmaul husna dan ekasatvipram bahuda vadanti. 

Sabtu, 04 November 2017

Dalam berpolitik, spiritual memang tak dianggap penting untuk dipegang erat…???
Tajuk sore
Sabtu, 4 Nopember 2017
Jendela Berpikir
Oleh Wahyudi Pratama Suta
Seorang manusia kesepian yg hanya mengungkapkan pola pikirnya diatas maya

Spiritualitas adalah nilai yang ada dalam diri manusia yang meyakini bahwa terdapat kekuatan besar di atas kekuatannya sendiri sebagai manusia. Yang dimaksud kekuatan besar itu adalah Tuhan yang menguasai alam semesta. Dengan demikian, manusia tidak akan menjadikan kehendaknya sendiri sebagai dasar dalam menjalani hidup ”Orang yang cerdas adalah orang yang pandai menghisab dirinya di dunia dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya suka berharap kepada Allah tanpa melakukan apa-apa.” (HR Tirmidzi).

Dalam logika politik kekuasaan, spiritualitas justru dianggap sebagai penghambat, karena akan membatasi ruang gerak untuk bertindak sesuai kehendak sendiri dan kepentingan kelompoknya.
Logika pola pikir anak anak bangsa yang seperti inilah, yang menyebabkan bangsa kita kian terpuruk. Berbagai kasus korupsi yang melibatkan para petinggi negara yang bergulir selama ini memperjelas bahwa yang mengendalikan ranah publik saat ini adalah politik kekuasaan yang meminggirkan dan membatasi nilai-nilai spiritual itu sendiri.

Untung saja hati nurani atau spiritual publik tidak ikut-ikutan mati. Jika spiritual publik ikut mati, maka bisa dipastikan keadaan bangsa ini kian amburadul.
Namun yang lebih memprihatinkan dan sangat menyedihkan adalah para pemimpin yang seharusnya menjadi penjaga utama moral bangsa, justru bertindak semaunya sendiri, tanpa berjalan pada rel spiritual.
Para politisi malah mengotak-atik bagaimana mendapatkan kekayaan yang sebesar-besarnya dari negara untuk dinikmati dengan kelompoknya. Mereka hanya mementingkan nafsu saja.
Nilai-nilai spiritual yang seharusnya dijunjung tinggi, sekarang ini sudah semakin mengecil dan surut.

Padahal seharusnya tidak demikian. Sering sekali kita dengar bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menempatkan nilai-nilai spiritual pada posisi terhormat.
Jika kita telisik lagi dasar negara kita, maka sudah jelas bahwa spiritual adalah hal yang paling penting.
Kita semua tahu, dalam Pancasila sila pertama dituliskan “Ketuhanan yang maha Esa”. Itu artinya spiritual adalah hal yang harus diutamakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Terlebih untuk mengurusi negara, maka sudah selayaknya menempatkan spiritual dalam politik merupakan “harga mati”.

Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan dunia perpolitikan kita ini cenderung keruh dan sering dikatakan kotor?
Tentu pertanyaan itu sudah diketahui jawabannya, bahwa selama ini yang menjadi penyebab adalah para pemegang kekuasaan tidak lagi menempatkan spiritual dalam menjalankan kekuasaannya.
Kita mencoba berkaca dari sisi lain dinegara seberang untuk mengambil suatu hikmah atas sesuatu hal yg pantas untuk diambil sebagai pelajaran.
Mari kita sejenak melihat jiwa Negeri Sakura ini mempunyai kepemimpinan yang secara umum belandaskan pada etika dan spirit Bushido.

Bushido terdiri dari kata, yaitu bushi yang berarti kesatria atau prajurit dan do yang arinya jalan. Bushido atau “jalan kesatria atau prajurit” merupakan sebuah sistem etika atau aturan moral keksatriaan yang berlaku di kalangan samurai  khususnya di zaman feodal Jepang (Abad 12-19).
Makna bushido secara umum bisa di artikan sikap rela mati untuk negara atau kerajaan.

Yamamoto Tsunetomo dalam Hagakure mengungkapkan bahwa para samurai setiap pagi harus selalu menanamkan diri mereka tentang bagaimana cara untuk mati.
Setiap malam mereka menyegarkan kepala mereka tentang menghadapi kematian, sehingga menjadi tidak takut mati.
Tugas dan amanat yang diberikan harus diperjuangkan dan dilakukan dengan baik, meski nyawa menjadi taruhannya. Mereka menjadi orang-orang yang mencintai tugas dan kewajibannya melebihi kecintaaan mereka pada diri mereka sendiri.
Bahkan, jika mereka gagal menunaikan tugas, maka mereka rela melakukan bunuh diri atau lebih dikenal dengan seppuku (pengeluaran isi perut) atau harakiri (penyobekan perut). Namun, saat ini tradisi bunuh diri berubah menjadi sikap mengundurkan diri dari jabatan secara terhormat daripada menanggung malu karena tak mampu menunaikan tugas.

Selalu mengingat mati dan berjuang mati-matian dalam menjalankan tugas inilah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin kita. Dengan begitu mereka tidak akan teledor dalam menjalankan  amanat rakyat.
Oleh karena itu, spiritualitas harus benar-benar ditanamkan dalam jiwa pemimpin dan semua rakyat Indonesia.


Bagi Indonesia yang selama ini masih harus berbenah, menempatkan spiritualitas dalam berpolitik merupakan hal yang sangat diperlukan.
Demikianlah harapan kaum berpikir kepada para pemimpin bangsa untuk tidak lagi mengikuti hawa nafsu belaka. Semoga rana spiritual akan ditempatkan diatas nilai apapun dan sebagai pondasi apapun dalam kehidupan merupakan Pondasi NKRI untuk menuju sebuah peradaban holistic yg mumpuni disetiap perannya dalam Etika Hidup berbangsa dan bernegara amin ya robbal alamin, om santih santih santih om.
Pola pikir Kita sekarang akan menjadi sebab kehidupan kita berikutnya, dan itu akan ditentukan oleh sikap kita saat ini…. Salam Rahayu AStu Sagung Dumadi

NKRI hidup Holistik

Senin, 30 Oktober 2017

ANJURAN MENGKIAMATKAN DIRI
PETA AL QUR’AN SURAT 69 AL HAQQOH AYAT 1 S/D 52
BY WAHYUDI PRATAMA SUTA

1.         KEADAAN YG SEBENARNYA (AL HAQQOH)
2.        APA KEADAAN YG SEBENARNYA ?
3.        DAN APAKAH KAMU TAHU KEADAAN YG SEBENARNYA ?
4.        TELAH MENDUSTAKAN KAUM TSAMUD DAN AD DENGAN YG MENGEJUTKAN
5.        MAKA ADAPUN KAUM TSAMUD, MEREKA DIBINASAKAN DENGAN KEJADIAN YG LUAR BIASA/SUARA KERAS
6.        DAN ADAPUN KAUM AD, MEREKA DIBINASAKAN DENGAN ANGIN KENCANG SANGAT DINGIN
7.        DIA MENIMPAKANNYA ATAS MEREKA TUJUH MALAM DELAPAN HARI TERUS MENERUS, MAKA KAMU MELIHATNYA MATI BERGELIMPANGAN SEAKAN AKAN SEPERTI BATANG KURMA YG TELAH LAPUK/KOSONG/TUMBANG/LAYU
8.        MAKA ADAKAH KAMU MELIHAT MEREKA TERSISA
9.        KEMUDIAN DATANG FIR’AUN DAN ORANG ORANG SEBELUMNYA DAN NEGERI NEGERI YG RUNTUH/TERBALIK KARENA KESALAHAN BESAR
10.      MAKA MEREKA MENDURHAKAI ROSUL TUHAN MEREKA, MAKA DIA MENYIKSA MEREKA DENGAN KERAS
11.        SESUNGGUHNYA TATKALA KAMI MENAIKKAN AIR KAMI BAWA KAMU KE DALAM KAPAL
12.      KARENA KAMI MENJADIKANNYA BAGI KALIAN PERINGATAN/PENGAJARAN BAGI TELINGA YG MAU MENDENGAR
13.      MAKA APABILA DITIUP PADA SANGKAKALA TIUPAN SATU KALI
14.      DAN DIANGKAT BUMI DAN GUNUNG LALU DIHANCURKAN KEDUANYA SEKALI KEHANCURAN/BENTURAN
15.      MAKA PADA HARI ITU TERJADILAH HARI QIYAMAT
16.      MAKA TERBELAHLAH LANGIT KARENA PADA HARI ITU LANGIT LEMAH
17.       DAN MALAIKAT DIATAS PENJURU LANGIT, PADA HARI ITU DELAPAN MALAIKAT MEMBAWA ARAS TUHAN DIATAS KEPALA MEREKA
18.      DAN PADA HARI ITU KAMU DIHADAPKAN PADA TUHANMU, TIDAK ADA SESUATUPUN YG TERSEMBUNYI
19.      ADAPUN ORANG YG DIAMBILKAN KITABNYA DIBERIKAN DENGAN TANGAN KANANNYA, MAKA BACALAH KITABKU INI
20.    SESUNGGUHNYA AKU YAKIN, BAHWA AKU AKAN MENERIMA PERHITUNGAN TERHADAP DIRIKU
21.      MAKA ORANG ITU BERADA DALAM KEHIDUPAN YG DISUKAI TUHAN (DIRIDHOI)
22.     DALAM SURGA(=KEBAHAGIAN) YG TINGGI
23.     BUAH BUAHAN YG DEKAT
24.     MAKA MAKAN DAN MINUMLAH YG NIKMAT KARENA AMAL YG YG KAMU LAKUKAN LALU
25.     ADAPUN ORANG YG YG KITABNYA DIBERIKAN DENGAN TANGAN KIRINYA, MAKA DIA BERKATA ALANGKA BAIKNYA JIKA KITAB INI TIDAK DIBERIKAN KEPADAKU
26.     SEHINGGA AKU TIDAK MENGETAHUI PERHITUNGANKU
27.     WAHAI KIRANYA KEMATIAN ITULAH YG MENYUDAHI SEGALA SESUATU
28.     HARTAKU SAMA SEKALI TIDAK BERGUNA BAGIKU
29.     KEKUASAANKU TELAH HILANG DARIKU
30.    TANGKAPLAH DIA DAN BELENGGULAH DIA
31.      KEMUDIAN MASUKKANLAH MEREKA DALAM API YG MENYALA
32.     LALU BELITLAH IA RANTAI YG PANJANGNYA 70 HASTA
33.     SESUNGGUHNYA DIALAH ORANG YG TIDAK BERIMAN KPD ALLAH YG MAHA BESAR
34.     DAN DIA JUGA TIDAK MENGANJURKAN MEMBERI MAKAN ORANG MISKIN
35.     MAKA PADA HARI INI TIDAK SEORANPUN TEMAN BAGINYA
36.     DAN TIDAK ADA MAKANAN BAGINYA KECUALI DARAH DAN NANAH
37.     TIDAK ADA YG MEMEKANNYA KECUALI ORANG ORANG YG BERDOSA
38.     MAKA AKU BERSUMPAH DEMI YG AKU LIHAT
39.     DAN DEMI YG TIDAK KAMU LIHAT
40.    SESUNGGUHNYA ITU SEMUA ADALAH WAHYU YG DITURUNKAN KEPADA ROSUL MULIA
41.      DAN WAHYU ITU BUKANLAH PERKATAAN SEORANG PENYAIR, SEDIKIT SEKALI KAMU BERIMAN KEPADANYA
42.     DAN BUKAN PULA PERKATAAN TUKANG TENUNG, SEDIKIT KALI KAMU MENGAMBIL PELAJARAN DARINYA
43.     SUARA HATI ITULAH WAHYU YG DITURUNKAN DARI TUHAN SELURUH ALAM
44.     DAN SEKIRANYA DIA MENGADA-ADAKAN PERKATAAN ATAS NAMA KAMI
45.     PASTI KAMI PEGANG TANGAN KANANYA
46.     KEMUDIAN KAMI POTONG PEMBULUH JANTUNGNYA
47.     MAKA TAK SEORANGPUN DARI KAMU YG DAPAT MENGHALANGI KAMI UNTUK MENGHUKUMNYA
48.     DAN SUNGGUH BACAAN SUARA HATI ITU PELAJARAN BAGI ORANG ORANG YG BERTAKWA
49.     DAN SUNGGUH, KAMI MENGETAHUI BAHWA DIANTARA KAMU ADA ORANG YG MENDUSTAKAN
50.    DAN SUNGGUH BACAAN SUARA HATI (QURAN QODIM) ITU AKAN MENIMBULKAN PENYESALAN BAGI ORANG ORANG KAFIR
51.      DAN SUNGGUH QURAN QODIM (BACAAN SUARA HATI) ITU KEBENARAN YG MEYAKINKAN
52.     MAKA BERTASBIHLAH DENGAN MENYEBUT NAMA TUHANMU YG MAHA AGUNG

PETA UNTUK MENEMUKAN WAHYU SASTRO JENDRO HAYUNINGRAT PANGRUWATANING DIYU, WAHYU WIRO AJI NGESTININGRAT, WAHYU HERU COKRO, WAHYU SILINWANGI, WAHYU MUKTI WIBOWO, WAHYU KAPRIBADEN, WAHYU TAN KENO OWAH GINGSIR, WAHYU WILWATIKTA MAJAPAHIT, WAHYU QURAN QODIM

Selasa, 24 Oktober 2017

PENGERTIAN PENYAKSIAN ADANYA TUHAN YME
PERJALANAN DIRI PRIBADI

OLEH : WAHYUDI PRATAMA SUTA
PASURUAN – JAWA TIMUR


Sejak kapan manusia menyaksikan Tuhan YME

Sejak kapan manusia menyaksikan adanya kekuatan yg sangat besar, yang meliputi atas segala sesuatu yg mereka sebut Tuhan YME, begitulah dalam benakku saat awal aku mulai menyadari dan merasa bahwa ada kekuatan diluar kekuatan pikiran secara utuh. Itulah pertanyaan yg terus kugali hari demi hari dan saat demi saat.

Lalu sempat aku berpikir darimana adanya tenaga berasal yg dapat mengaktifkan seluruh organ didalam tubuhku. Ya mungkin dengan meditasi ku mampu menemukannya begitulah saat aku memulainya sebuah pencarian tentang diriku ini.

Saat itu aku merasakan semua aliran darahku bergerak dinamis dan stabil, semuanya seperti ada aliran sungai didalam tubuhku, denyut jantung yg saat awal berdetak kasar menjadi sangat halus dan lembut dan semua nafasku seperti terhenti dan aku tak merasakan adanya tubuh kasar ini, aku hanya merasakan ada sebuah vibrasi penuh yg terpusat di jantung dan semuanya dikirim ke seluruh tubuhku.

Disinilah aku merasakan sebuah kesadaran bahwa jantung adalah pusat inti kehidupan diriku. Jantung inilah semuanya berpusat sbg titik utama penggerak vibrasi dan seluruh organ didalam diriku namun aku tak menemukan darimana kekuatan ini berasal.

Gerak dan sifat jantung yg berdenyut seperti air yg sangat lembut kadang terasa dan kadang tidak membuat kesadaranku mulai timbul, inilah pusat Tuhan dalam diriku inilah rumah Tuhan didalam diriku, lalu aku membuka mataku perlahan dan kabur saat awal tak menutup rasa denyut halus jantung itu didalam ingatanku.

Oh inilah Baitul Muharram rumah Tuhan didalam jasadku itulah saat awal kurasakan dlm pikiranku. Lambat laun pola pikirku mulai mencermati dengan seksama kanan kiriku dengan semua penciptaannya lalu kesadaran pola pikirku mengatakan Oh ternnyata semua adalah daya, Oh Tuhan itu ternyata adalah daya, bahkan setiap wujud apapun memiliki daya seperti meja yg kupakai menaruh sebuah pc itupun berdaya begitu pula kursi yg kududuki ini semua berdaya dan tak sesuatupun terlepas dari daya atau kekuatan.

Kekuatan atau daya yg disebut dalam bahasa sekarang merupakan Energy itu selalu tak terlepas dari gerakan, karakter dan kegunaannya ….. oh inikah af’al dan sifat serta asma’ dari sang Daya ….??? Oh ternyata daya ini memiliki kemuliaan dan kemuliaan itu selalu memiliki faedah secara tertib sesuai genetika dan peruntukkannya, oh inilah Cahaya Muhammad, cahaya gerak yg berkarakter dan berfaedah setiap wujudnya dengan patuh sehingga kecerdasan diriku memberi nama nama yg baik sesuai peruntukkannya, Oh Sang Daya – Guna yg telah tajali Aku menyaksikannya tanpa sekat apapun, dan logika kupun tak membantah saat tautan tautan pelajaran agamis teringat di benakku dgn tautan tautan kalimat laisa kamislihi syaiun atau tan keno kinoyo ngopo, begitulah Daya memang tak serupa dengan apapun dan manusia hanya mempu menggunakan daya daya itu secara proporsional sesuai kebutuhannya.

Daya – Guna itulah ternnyata Allah – Muhammad dlm bahasa religius ternyata terdapat di dalam setiap Wujudnya, oh beginikah kenapa sifat 20 terdapat wujud di urutan pertama dan tentunya ini sangat harmony dengan surat al alaq ayat 1 yaitu bacalah..! bersamaku yg menciptakan, dan ternyata itu memang sebuah fakta yg tak dapat ditolak logika sama sekali. Tak dapatnya logika menolak logika hati inilah sebuah Ruang Kesadaran Kesejatian Titik yg tak dapat diganggu gugat bagi saya pribadi dan inilah ruang Penyaksian Haqqul Yakin diriku atas sebuah makna syahadat sejati.

Bahkan secara kesadaran berpikir ini ilmu logika tak mampu menolak bahwa setiap sel dan genetikanya memiliki daya – guna yg utuh dan semuanya bersinergi satu sama lain dengan faedahnya secara harmony sehingga membuat keseimbangan hidup dalam jasmani diriku ini.

Oh inilah Tuhan dan kemulyaannya atas diriku yaitu daya – guna keabadian, yg tak akan lekang oleh jaman apapun tak akan pernah mati dan tidur bahkan daya guna ini terus berproses tanpa logika pikiran saat diriku tertidur pulas.

Daya – guna inilah alam bawah sadar diriku, dan itulah penyaksian mutlak diatas kemutlakan secara menyeluruh. Bahwa daya – guna hanya dapat dibuktikan didalam ruang rasa jiwa psikologis bahwa daya guna itu tulus tanpa upah mengerjakan sesuatunya dan selalu mematuhi hukum aksi reaksi atasnya, maka saya katakan daya – guna itu patuh kpd hukum hidupnya sendiri yaitu aksi dan reaksi dan ikhlas adalah Pola Hidupnya.



Kamis, 12 Oktober 2017

Aksi Reaksi adalah pola pikir Semesta

Tajuk
by Wahyudi Pratama Suta

Semenjak kita dilahirkan ataupun semenjak alam semesta ini ada adalah bermula dari ketiadaan apapun yaitu kekosongan. Dimana kekosongan ini memiliki daya yg tak terbatas dan menembus batasan apapun melalui ruang dinamika gerak, dinamika sifat, serta dinamika kegunaannya. Begitulah daya semesta yg berawal dari kekosongan mengikat semua partikel dan unsur atomik untuk selalu bergarak dinamis sesuai sifat sifatnya sampai pada akhirnya membentuk faedah faedah hidup dalam wujud dan bentuk yg nyata sebagaimana kita dapat menyaksikannnya melalui panca indriya eksternal dan batiniyah secara utuh.

Yang secara bahasa filsafat religious bangsa arab menyebutnya dengan syahadatain, dimana Allah merupakan pemilik tunggal energy alias daya semesta yg selalu memiliki gerak, sifat alias karakter yg selalu berperan dan tak pernah terpisahkan dari sang daya itu sendiri, maka karena tak dapat terpisahkan dari sang daya itu sebagian dari mereka menyebutnya dengan gelar alias label Nur Muhammad saw yg artinya ruang cahaya kemuliaan yg berupa gerak, sifat dan karakter serta faedahnya yang tak mampu terpisahkan dari daya itu sendiri, sehingga layaknya sebuah kekasih, demikianlah Nur Muhammad sebagai kekesih Allah adalah gelar penyingkat kata yg menunjukkan ruang afal, sifat dan asma’ yg takkan terpisahkan dari ruang sang daya itu sendiri. Sebagian dari mereka menyebutnya dengan cahaya kristus sang penolong, cahaya atma percikan sang hyang Brahman, cahaya budi daya luhur sang budha, atak lain dan tak bukan merupakan Daya yg selalu bergerak, bersifat, berfaedah yg sinergis satu sama lain tanpa henti berproses dan bereaksi sehingga dikatakan HIDUP.

Perwujudan hidup yg memiliki eksistensi dari ruang gerak sifat dan faedah tersebut mengatakan kpd kita dengan cahaya ilmu lalu kita beri nama nama yg mulia atas varian faedah itu sendiri. Sinergistas partikel dan atomic tanpa henti mengakumulasi semua perhitungan secara akurat, sistematis dan teratur sebagaimana molekul molekul itu saling tunduk dan beradaptasi dari atas peran dan keadaannya.
Begitulah aksi dan reaksi itu menjadi hukum diatas semua hokum yg ada yg telah dikemas oleh beberapa manusia berjiwa yg menyelamatklan dan mengamankan dengan label sunnatullah alias karmaphala alias the Law of Attraction atau aksi reaksi tanpa henti yg mutlak diatas semua kemutlakan sebagai hukum tanam tuai yg nyata dan tak seorangpun mampu mengingkarinya dan terlepas dari hal tsb selama hayat masih dikandung badan.
Sebagaimana sebab lapar kita kena akibat untuk makan, dan sebab haus kita kena akibat untuk minum. Semua hal dialam dunia ini tak akan mampu menentangnya, bahkan Tuhan sendiri patuh pada hukum yg dibuatnya ini bersama tajali wujudnya.

Lalu bagaimanakah kita mampu terlepas dari semua hukum gravitasi bumi dan aksi reaksi tersebut selama kita hidup didunia?
Ini mungkin pertanyaan akan muncul dari sebagian orang yg ingin kembali kepadanya, bagaimana cara hidup terbias dualitas namun tak pernah terlekati oleh dualitas itu sendiri, sebuah hal yg jika dipikir mungkin akan sangat sulit, bagaimana kita tersengat matahari namun tidak merasa panas …? Bagaimana kita terguyur air hujan namun tidak merasa kedinginan….?? Suatu hal yg sulit dinalar bukan….???

Namun bagi sebagian orang hal itu menjadi mungkin jika mereka mau belajar untuk mendalami filsafat tersebut …..demikianlah manusia dilahirkan untuk mencipta dlm kreasi intuisinya dan mewujudkannya secara ilmu yg realitas.
Bukankah Allah itu maha gaib….??? Dan tidak butuh segalanya….???!!! Namun mengapa masih membuat berbagai perwujudan dirinya sendiri….???
Semata mata itu adalah kehendakNya sendiri dan kebijaksanaannya telah diamanatkan kepada kita manusia.

Kita tersinari panas namun tak terlekati panas…terguyur air hujan tak terlekati dingin…insting manusia terus tumbuh dari peradaban ke peradaban dengan pengetahuan dan kecerdasannya maka keilmuannya hadir mencipta PAYUNG untuk meringankan dualitas itu sendiri. Demikianlah mereka juga survival digua gua saat cuaca memburuk untuk berlindung dari dualitas alam itu sendiri.
Berlindung dari dualitas alam membuat mereka semakin kreatif untuk mencipta, ciptaan yg memfasilitasi hidup mereka itu agar terhindar dari serangan panas dingin terus berkembang yaitu dengan melawan panas dan dingin tsb. Dan saat ini bila kita kedinginan maka kita akan menciptakan perapian untuk menjaga suhu tubuh, jika kita kepanasan kita akan menciptakan alat penurun suhu seperti kipas angin dan Ac untuk mempertahankan kenyamanan diri kita dari nuansa dualitas yg telah tercipta semenjak alam ini digelar oleh gerak sifat dari sang daya tsb.

Namun itu hanyalah kulit luar yaitu untuk jasmani saja mampu untuk diatasi dengan penciptaan dan perwujudan ilmu dan pola pikir….lalu bagaimana dengan batiniyah kita saat kita menghadapi dualitas enak dan tidak enak…???
Apakah mampu pola pikir mencipta ruang kedamaian batiniyah atau psikis kita tersebut….???, maka hal ini akan berlaku sama saja, ketenangan batin dan psikis mampu kita ciptakan secara psikis yaitu membuka pintu pola pikir selebar lebarnya dengan penerimaan keadaan dan menimba ilmu dan wawasan untuk mendamaikan psikis kita sesuai keadaan yg kita hadapi dengan ikhlas tanpa melekatkan hal apapun perbuatan kita didalam psikis, menghilangkan keakuan thd segala hal yg kita perbuat adalah perbuatan kita, namun memahami semuanya adalah karya dari Sang Inti Daya itu sendiri yg memercik kpd kita, atau yg dititipkan kpd kita sebagai manusia yg realis sbg pengejawantahan percikan Daya Tuhan dan Kemuliaan Tuhan itu sendiri.


Tekstur peran dan guna kita tidaklah pernah sama, artinya kita sebagai manusia bergantung juga dari ruang wujud yg ada disekitar kita, demikianlah sinergisitas itu terjadi tanpa kompromi dan nyata, maka system inilah yg membuat pola pikir kita mengatakan Tuhan adalah Daya kesatuan Wujud Tunggal yg ada dialam semesta ini sbg kemutlakan tanpa dapat diganggu gugat oleh siapapun, maka Ruang inilah System ketergantungan yg difalsafahkan secara arif dgn PENGERAN yaitu system gerak, sifat yg berfaedah secara dinamis tanpa sekat.