Cari Blog Ini

Sabtu, 11 November 2017

Bagaimana makrifatuloh sejati itu ?
By : Wahyudi Pratama Suta
==========================================
Benarkah Makrifatullah adalah pencapaian Tertinggi…?
Apakah benar yg sudah terbuka Bashirohnya ?
Basiroh melihat nur ilahi, nur insani dan nur rasuli adalah sudah makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang sudah melihat dirinya sendiri yang gaib, saudara kembar nya adalah sudah makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang sudah memahami ayat mutasabihat alquran adalah sudah makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang sudah mewarisi imu laduni dan kesaktian adalah seorang yang sudah makrifatuloh ? 
Apakah benar seorang yang sudah memahami teori-teori / filsafat tentang kesadaran universal adalah seorang yang makrifatuloh ?
Apakah benar seorang yang atheis, yang sudah menanggalkan agama adalah seorang yang makrifatuloh ?
Semua pertanyaan-pertanyaan itu mungkin ada yang mengena ke diri kita sendiri, kalau cuma mampu melihat zat ilahi yang meliputi nur-nur itu maka itu disebut makrifat kepada nur ilahi.
Kalau mampu melihat dirinya sendiri/ saudara kembar / Roh Kudus itu berarti makrifat kepada batinnya sendiri.
Kalau mampu menyibak tabir ayat-ayat mutasabihat kitab suci itu berarti makrifat kepada kitab suci.
Kalau mampu mewarisi imu laduni dan memiliki kesaktian itu berarti makrifat kepada kekuatan gaib.
Kalau mampu berfilsafat secara universal itu berarti makrifat kepada pikirannya sendiri.
Kalau dia sudah menanggalkan agama dan berjiwa ateis berarti sudah makrifat kepada pikiran dan logika hatinya sendiri.

Bermakrifat seperti diatas itu sendiri, sudah tidak lagi pengkotak-kotak kan dalam dirinya sendiri.
Cahaya Ilahi sudah direalitaskan menjadi perkataannya sendiri.
Roh Kudus sudah direalitaskan menjadi dirinya sendiri.
Ilmu Laduni dan kesaktian sudah direalitaskan dalam tubuhnya sendiri.
Ayat-ayat kitab suci sudah direalitaskan dalam bahasanya sendiri.
Agama, filsafat dan ateis sudah direalitaskan menjadi kitabnya sendiri.
Alam astral dan kegaiban sudah direalitaskan menjadi alam nyata dan realita.
Akhirnya yang disebut makrifatuloh sejati itu tak lain adalah menjadi Diri Sendiri, menjadi manusia apa adanya, atau menjadi manusia biasa saja.
Sebagai manusia biasa, tentu akan hidup atas kehendaknya sendiri dan menyelaraskan dengan kepentingan dirinya sendiri, artinya bila si badan ini haus, lapar maka bersegeralah minum dan makan tanpa harus menahan-nahan segala.
Bila si badan ini lelah maka tidurlah.
Bila si badan ini sakit maka berobatlah.
Bila si badan ini ingin kaya maka bekerjalah.
Apakah gampang menjadi manusia biasa ? sangat sulit !
bahkan luar biasa sulit !
letak kesulitannya adalah si ruh atau badan halus kita harus hidup seperti layaknya si badan ini hidup, dengan kata lain si ruh ini lah yang hanya mampu membina dan membimbing si badan ini.

Nah, sulit bukan ? 

berarti menjadi manusia biasa itu harus mengalami sendiri makrifat terhadap cahaya, makrifat terhadap batin, makrifat terhadap pikiran, makrifat terhadap kegaiban, makrifat terhadap perasaan dan makrifat terhadap agama, filsafat, atheis dan isme-isme yang lain.
Lalu apa untungnya menjadi manusia biasa ?
jelas sangat diuntungkan !
dirinya sudah ada di alam kebebasan meskipun masih berjasad, inilah jalan untuk meretas jalan menuju alam kebebasan sesungguhnya, yaitu keabadian.
Bukankah disebutkan di berbagai kitab suci dulu di zaman entah kapan bahwa saya, anda, kita semua sudah menyatakan kesaksian bahwa Tuhan itu esa dan berjanji tidak akan mengingkarinya.
Berjanji kepada siapa ?
bersaksi kepada siapa ? Ya, ternyata kepada si ruh atau badan halus kita sendiri lah kita berjanji dan bersaksi, memang kepada siapa ? kepada Tuhan ?? janganlah bermain-main dengan kata Tuhan, Allah dsb.
Mending instrospeksi dan berkaca kepada diri sendiri, sudahkah saya berkenalan dengan badan halus saya sendiri ? berkenalan ini ya tegur sapa, ada dialog interaktif. 

Bila belum, berarti anda belum memasuki area bermakrifat terhadap batinnya sendiri.
Berarti pula anda selama ini hanya bermakrifat kepada pikiran, halusinasi sendiri dan keyakinan orang lain semata.
Maka tanggalkanlah makrifatuloh !

berjalanlah di muka bumi secara ' telanjang bebas ' tanpa pikiran dan perasaan yang bergelayut doktrinitas orang lain,meskipun orang lain itu sekelas nabi.


Menjadi diri sendiri bukanlah memusuhi nenek moyang, leluhur yang sudah ada di alam keabadian sejati. Justru, diri kita bergabung dalam komunitas mereka yang sudah ada dalam kesadaran tertinggi.
#merdekaaaa..............

Rabu, 08 November 2017

Pengertian antara Ketiadaan dan Keberadaan
By Wahyudi Pratama Suta

Hampir disemua kitab kitab suci agamis, sastra bahasa mereka secara filsafat memuat tentang esensi ketiadaan Tuhan dan Keberadaan wujudnya, bahkan inilah nilai penyaksian yg paling utama didalam setiap kitab sastra suci agar manusia dapat memahaminya, kenapa…?

Semata mata agar jiwa manusia itu dapat kembali kepada kemurnian ketiadaan itu dalam keberadaan dirinya.

Hakikat sebuah ketiadaan yg dapat saya pahami secara selaras antara hati dan logika berpikir, saya melihat secara utuh bahwa Ruang ketiadaan itu merupakan inti daya atau inti energy semesta. Bagaimana saya dapat mengatakannya demikian….?

Saya mencermatinya dengan seksama peta petunjuk untuk meretas satu hal ini dari sebuah kalimat Laa haula wa la quwata illah billahil aliyil adhim, begitulah kalimat filsafat sastra ini mulai hadir dibenak saya dan selalu bertanya kenapa dan bagaimana…??

Tiada Daya upaya selain daya upaya Tuhan, begitulah kalimat tersebut jika diartikan dlm bahasa yg saya kenali, lalu singkronisasi itu terjadi antara nurani dan logika berpikir saat saya memegang sebuah batu, kenapa semua makhluk ada di jaman batu, semua prasasti dan sastra merujuk kpd batu batuan peninggalan bersejarah.

Batu hanyalah sebuah benda bagi awam dia tidaklah hidup…!

Namun bagi saya batu adalah makhluk hidup juga karena batu memiliki kekuatan alias daya semesta.
Setiap hal yg memiliki kekuatan alias daya bagi saya pribadi disitu ada Energy Semesta yg disebut dalam bahasa religius ada Tuhan itu sendiri dalam manifestasi ketiadaan dan keberadaan.

Unsur ketiadaan pada batu kekuatannya tak terlihat secara kasad mata, namun melalui keberadaan wujud batu itulah saya dapat mengenali bahwa ada daya yg tak terpikirkan yg mampu membuat susunan atom pada wujud itu untuk melekat dan menyusun unsur kekuatan didalamnya.
Batu menempati urutan pertama dalam peninggalan prasasti bersejarah dan penciptaan alam semesta yg tampak pada bumi ini bertulang komponen beraneka varian jenis batu batuan di dasarnya.

Penggalian maknawi tentang Ketiadaan dan keberadaan itu sendiri hanyalah dapat dilakukan oleh manusia yg memiliki pola pikir yg mampu menimbang ( hisab dan mizan ) didalam ruang psikologisnya atau ruang jiwanya.
Sementara ketiadaan itu sendiri telah maujud dalam keberadaanya yg tunggal, sehingga dalam peradaban mula diijaman batu mereka mulai belajar menggosokkan batu dgn batu sehingga mampu menimbulkan gesekan dan melahirkan Api untuk membakar.

Dari inti ketiadaan dalam keberadaan sebuah batu yg dipertemukan dan dilakukan gesekan yg terus menerus dan berulang ulang akan menghasilkan ledakan energy yg berupa api, disinilah pengamatan nurani dan logika berpikir mulai tumbuh dan berkembang adanya sebuah aksi dan reaksi antara pertemuan batu dan batu yg menghasilkan energy dlm bentuk lain yaitu api.

Gesekan itulah aksi dan reaksi yg dalam filsafat bahasa arab adalah sunnatullah yg du\ipelajari manusia pada peradabannya dan mengalami perubahan, peningkatan dan pemutakhiran dalam pembelajarannya disetiap peradaban manusia. Sunnatullah atau hokum aksi reaksi dan dualitas ini sering dilakukan kajian kajian yg sangat komprensif dari awal kehidupan dijamannya sampai pada era modern ini.

Sunnatullah yg merupakan hokum kausalitas itu sendirilah yg mengandung gerak alias af’al dan sifat sifat yg multi talent dan berkarakter sesuai wujudnya, sehingga menimbulkan faedah dan kegunaan yg mampu memfasilitasi kehidupan itu sendiri.

Gerak alias af’al dan seifat serta faedah yg mampu dinamai nama nama yg baik untuk peruntukkannya adalah kemuliaan Sang daya itu sendiri sehingga mampu dilabeli dlm sastra bhs arab yaitu Muhammad artinya kemuliaan.
Kemuliaan dari Sang inti daya semesta ini merupakan sunnatullah dlm ruang lingkup keberadaan dari ketiadaan itu sendiri dan keduanya adalah kesatuan yg utuh tanpa sekat.

Dengan saya menyaksikan secara utuh hanya pada batu saya telah menyaksikan Inti daya Ketiadaan dan Keberadaan itu sendiri bahwa Tuhan juga berwajah dalam keberadaan wujud batu.
Wajah bukan bentuk dan rupa batu melainkan dayaguna dalam batu itu sendiri, dimana wajah itu tercermin dalam kekuatan batu yg mampu utuh menyatukan komponen unsure didalamnya dengan gerak yg diam bersifat keras dan berguna sbg penyangga kehidupan kita berupa tulang bumi.
Maka guna itulah Muhammad yg saya saksikan secara utuh meliputi wujud batu dan apa saja yg ada dialam semesta raya ini sesuai dgn wujudnya.


Dan dapat akhirnya saya mengambil seuatu kesimpulan yg pasti bahwa ketiadaan adalah inti daya energy semesta itu sendiri yg tak dapat diserupakan oleh sesuatupun dan tak setara dgn apapun karena energy itu menempati seluruh ruang dan waktu sehingga kecerdasan manusia tak mampu mendeskripsikannya secara persis sehingga difalsalfahkan dalam kalimat filsafat arab laisa kamislihi syaiun maka sebagian kebijaksanaan manusia itu menyatakannya dengan Sang Kosong, Sang Maha Daya, Sang Tiada, Acintya, Sunia, dan dlm filsafat arab yaitu Laa ilaha ilalloh artinya ketiadaan itulah Alloh swt, sedangkan manifestasi wajahnya dapat dipelajari secara ilmiah yaitu keberadaan wujudnya yg difalsafahkan dengan kalimat muhammadarosulullah yg artinya kemuliaan itulah utusan yg nyata yaitu gerak sifat dan faedah yg dapat dilabeli dengan nama nama yg baik atau asmaul husna dan ekasatvipram bahuda vadanti. 

Sabtu, 04 November 2017

Dalam berpolitik, spiritual memang tak dianggap penting untuk dipegang erat…???
Tajuk sore
Sabtu, 4 Nopember 2017
Jendela Berpikir
Oleh Wahyudi Pratama Suta
Seorang manusia kesepian yg hanya mengungkapkan pola pikirnya diatas maya

Spiritualitas adalah nilai yang ada dalam diri manusia yang meyakini bahwa terdapat kekuatan besar di atas kekuatannya sendiri sebagai manusia. Yang dimaksud kekuatan besar itu adalah Tuhan yang menguasai alam semesta. Dengan demikian, manusia tidak akan menjadikan kehendaknya sendiri sebagai dasar dalam menjalani hidup ”Orang yang cerdas adalah orang yang pandai menghisab dirinya di dunia dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya suka berharap kepada Allah tanpa melakukan apa-apa.” (HR Tirmidzi).

Dalam logika politik kekuasaan, spiritualitas justru dianggap sebagai penghambat, karena akan membatasi ruang gerak untuk bertindak sesuai kehendak sendiri dan kepentingan kelompoknya.
Logika pola pikir anak anak bangsa yang seperti inilah, yang menyebabkan bangsa kita kian terpuruk. Berbagai kasus korupsi yang melibatkan para petinggi negara yang bergulir selama ini memperjelas bahwa yang mengendalikan ranah publik saat ini adalah politik kekuasaan yang meminggirkan dan membatasi nilai-nilai spiritual itu sendiri.

Untung saja hati nurani atau spiritual publik tidak ikut-ikutan mati. Jika spiritual publik ikut mati, maka bisa dipastikan keadaan bangsa ini kian amburadul.
Namun yang lebih memprihatinkan dan sangat menyedihkan adalah para pemimpin yang seharusnya menjadi penjaga utama moral bangsa, justru bertindak semaunya sendiri, tanpa berjalan pada rel spiritual.
Para politisi malah mengotak-atik bagaimana mendapatkan kekayaan yang sebesar-besarnya dari negara untuk dinikmati dengan kelompoknya. Mereka hanya mementingkan nafsu saja.
Nilai-nilai spiritual yang seharusnya dijunjung tinggi, sekarang ini sudah semakin mengecil dan surut.

Padahal seharusnya tidak demikian. Sering sekali kita dengar bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menempatkan nilai-nilai spiritual pada posisi terhormat.
Jika kita telisik lagi dasar negara kita, maka sudah jelas bahwa spiritual adalah hal yang paling penting.
Kita semua tahu, dalam Pancasila sila pertama dituliskan “Ketuhanan yang maha Esa”. Itu artinya spiritual adalah hal yang harus diutamakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Terlebih untuk mengurusi negara, maka sudah selayaknya menempatkan spiritual dalam politik merupakan “harga mati”.

Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan dunia perpolitikan kita ini cenderung keruh dan sering dikatakan kotor?
Tentu pertanyaan itu sudah diketahui jawabannya, bahwa selama ini yang menjadi penyebab adalah para pemegang kekuasaan tidak lagi menempatkan spiritual dalam menjalankan kekuasaannya.
Kita mencoba berkaca dari sisi lain dinegara seberang untuk mengambil suatu hikmah atas sesuatu hal yg pantas untuk diambil sebagai pelajaran.
Mari kita sejenak melihat jiwa Negeri Sakura ini mempunyai kepemimpinan yang secara umum belandaskan pada etika dan spirit Bushido.

Bushido terdiri dari kata, yaitu bushi yang berarti kesatria atau prajurit dan do yang arinya jalan. Bushido atau “jalan kesatria atau prajurit” merupakan sebuah sistem etika atau aturan moral keksatriaan yang berlaku di kalangan samurai  khususnya di zaman feodal Jepang (Abad 12-19).
Makna bushido secara umum bisa di artikan sikap rela mati untuk negara atau kerajaan.

Yamamoto Tsunetomo dalam Hagakure mengungkapkan bahwa para samurai setiap pagi harus selalu menanamkan diri mereka tentang bagaimana cara untuk mati.
Setiap malam mereka menyegarkan kepala mereka tentang menghadapi kematian, sehingga menjadi tidak takut mati.
Tugas dan amanat yang diberikan harus diperjuangkan dan dilakukan dengan baik, meski nyawa menjadi taruhannya. Mereka menjadi orang-orang yang mencintai tugas dan kewajibannya melebihi kecintaaan mereka pada diri mereka sendiri.
Bahkan, jika mereka gagal menunaikan tugas, maka mereka rela melakukan bunuh diri atau lebih dikenal dengan seppuku (pengeluaran isi perut) atau harakiri (penyobekan perut). Namun, saat ini tradisi bunuh diri berubah menjadi sikap mengundurkan diri dari jabatan secara terhormat daripada menanggung malu karena tak mampu menunaikan tugas.

Selalu mengingat mati dan berjuang mati-matian dalam menjalankan tugas inilah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin kita. Dengan begitu mereka tidak akan teledor dalam menjalankan  amanat rakyat.
Oleh karena itu, spiritualitas harus benar-benar ditanamkan dalam jiwa pemimpin dan semua rakyat Indonesia.


Bagi Indonesia yang selama ini masih harus berbenah, menempatkan spiritualitas dalam berpolitik merupakan hal yang sangat diperlukan.
Demikianlah harapan kaum berpikir kepada para pemimpin bangsa untuk tidak lagi mengikuti hawa nafsu belaka. Semoga rana spiritual akan ditempatkan diatas nilai apapun dan sebagai pondasi apapun dalam kehidupan merupakan Pondasi NKRI untuk menuju sebuah peradaban holistic yg mumpuni disetiap perannya dalam Etika Hidup berbangsa dan bernegara amin ya robbal alamin, om santih santih santih om.
Pola pikir Kita sekarang akan menjadi sebab kehidupan kita berikutnya, dan itu akan ditentukan oleh sikap kita saat ini…. Salam Rahayu AStu Sagung Dumadi

NKRI hidup Holistik

Senin, 30 Oktober 2017

ANJURAN MENGKIAMATKAN DIRI
PETA AL QUR’AN SURAT 69 AL HAQQOH AYAT 1 S/D 52
BY WAHYUDI PRATAMA SUTA

1.         KEADAAN YG SEBENARNYA (AL HAQQOH)
2.        APA KEADAAN YG SEBENARNYA ?
3.        DAN APAKAH KAMU TAHU KEADAAN YG SEBENARNYA ?
4.        TELAH MENDUSTAKAN KAUM TSAMUD DAN AD DENGAN YG MENGEJUTKAN
5.        MAKA ADAPUN KAUM TSAMUD, MEREKA DIBINASAKAN DENGAN KEJADIAN YG LUAR BIASA/SUARA KERAS
6.        DAN ADAPUN KAUM AD, MEREKA DIBINASAKAN DENGAN ANGIN KENCANG SANGAT DINGIN
7.        DIA MENIMPAKANNYA ATAS MEREKA TUJUH MALAM DELAPAN HARI TERUS MENERUS, MAKA KAMU MELIHATNYA MATI BERGELIMPANGAN SEAKAN AKAN SEPERTI BATANG KURMA YG TELAH LAPUK/KOSONG/TUMBANG/LAYU
8.        MAKA ADAKAH KAMU MELIHAT MEREKA TERSISA
9.        KEMUDIAN DATANG FIR’AUN DAN ORANG ORANG SEBELUMNYA DAN NEGERI NEGERI YG RUNTUH/TERBALIK KARENA KESALAHAN BESAR
10.      MAKA MEREKA MENDURHAKAI ROSUL TUHAN MEREKA, MAKA DIA MENYIKSA MEREKA DENGAN KERAS
11.        SESUNGGUHNYA TATKALA KAMI MENAIKKAN AIR KAMI BAWA KAMU KE DALAM KAPAL
12.      KARENA KAMI MENJADIKANNYA BAGI KALIAN PERINGATAN/PENGAJARAN BAGI TELINGA YG MAU MENDENGAR
13.      MAKA APABILA DITIUP PADA SANGKAKALA TIUPAN SATU KALI
14.      DAN DIANGKAT BUMI DAN GUNUNG LALU DIHANCURKAN KEDUANYA SEKALI KEHANCURAN/BENTURAN
15.      MAKA PADA HARI ITU TERJADILAH HARI QIYAMAT
16.      MAKA TERBELAHLAH LANGIT KARENA PADA HARI ITU LANGIT LEMAH
17.       DAN MALAIKAT DIATAS PENJURU LANGIT, PADA HARI ITU DELAPAN MALAIKAT MEMBAWA ARAS TUHAN DIATAS KEPALA MEREKA
18.      DAN PADA HARI ITU KAMU DIHADAPKAN PADA TUHANMU, TIDAK ADA SESUATUPUN YG TERSEMBUNYI
19.      ADAPUN ORANG YG DIAMBILKAN KITABNYA DIBERIKAN DENGAN TANGAN KANANNYA, MAKA BACALAH KITABKU INI
20.    SESUNGGUHNYA AKU YAKIN, BAHWA AKU AKAN MENERIMA PERHITUNGAN TERHADAP DIRIKU
21.      MAKA ORANG ITU BERADA DALAM KEHIDUPAN YG DISUKAI TUHAN (DIRIDHOI)
22.     DALAM SURGA(=KEBAHAGIAN) YG TINGGI
23.     BUAH BUAHAN YG DEKAT
24.     MAKA MAKAN DAN MINUMLAH YG NIKMAT KARENA AMAL YG YG KAMU LAKUKAN LALU
25.     ADAPUN ORANG YG YG KITABNYA DIBERIKAN DENGAN TANGAN KIRINYA, MAKA DIA BERKATA ALANGKA BAIKNYA JIKA KITAB INI TIDAK DIBERIKAN KEPADAKU
26.     SEHINGGA AKU TIDAK MENGETAHUI PERHITUNGANKU
27.     WAHAI KIRANYA KEMATIAN ITULAH YG MENYUDAHI SEGALA SESUATU
28.     HARTAKU SAMA SEKALI TIDAK BERGUNA BAGIKU
29.     KEKUASAANKU TELAH HILANG DARIKU
30.    TANGKAPLAH DIA DAN BELENGGULAH DIA
31.      KEMUDIAN MASUKKANLAH MEREKA DALAM API YG MENYALA
32.     LALU BELITLAH IA RANTAI YG PANJANGNYA 70 HASTA
33.     SESUNGGUHNYA DIALAH ORANG YG TIDAK BERIMAN KPD ALLAH YG MAHA BESAR
34.     DAN DIA JUGA TIDAK MENGANJURKAN MEMBERI MAKAN ORANG MISKIN
35.     MAKA PADA HARI INI TIDAK SEORANPUN TEMAN BAGINYA
36.     DAN TIDAK ADA MAKANAN BAGINYA KECUALI DARAH DAN NANAH
37.     TIDAK ADA YG MEMEKANNYA KECUALI ORANG ORANG YG BERDOSA
38.     MAKA AKU BERSUMPAH DEMI YG AKU LIHAT
39.     DAN DEMI YG TIDAK KAMU LIHAT
40.    SESUNGGUHNYA ITU SEMUA ADALAH WAHYU YG DITURUNKAN KEPADA ROSUL MULIA
41.      DAN WAHYU ITU BUKANLAH PERKATAAN SEORANG PENYAIR, SEDIKIT SEKALI KAMU BERIMAN KEPADANYA
42.     DAN BUKAN PULA PERKATAAN TUKANG TENUNG, SEDIKIT KALI KAMU MENGAMBIL PELAJARAN DARINYA
43.     SUARA HATI ITULAH WAHYU YG DITURUNKAN DARI TUHAN SELURUH ALAM
44.     DAN SEKIRANYA DIA MENGADA-ADAKAN PERKATAAN ATAS NAMA KAMI
45.     PASTI KAMI PEGANG TANGAN KANANYA
46.     KEMUDIAN KAMI POTONG PEMBULUH JANTUNGNYA
47.     MAKA TAK SEORANGPUN DARI KAMU YG DAPAT MENGHALANGI KAMI UNTUK MENGHUKUMNYA
48.     DAN SUNGGUH BACAAN SUARA HATI ITU PELAJARAN BAGI ORANG ORANG YG BERTAKWA
49.     DAN SUNGGUH, KAMI MENGETAHUI BAHWA DIANTARA KAMU ADA ORANG YG MENDUSTAKAN
50.    DAN SUNGGUH BACAAN SUARA HATI (QURAN QODIM) ITU AKAN MENIMBULKAN PENYESALAN BAGI ORANG ORANG KAFIR
51.      DAN SUNGGUH QURAN QODIM (BACAAN SUARA HATI) ITU KEBENARAN YG MEYAKINKAN
52.     MAKA BERTASBIHLAH DENGAN MENYEBUT NAMA TUHANMU YG MAHA AGUNG

PETA UNTUK MENEMUKAN WAHYU SASTRO JENDRO HAYUNINGRAT PANGRUWATANING DIYU, WAHYU WIRO AJI NGESTININGRAT, WAHYU HERU COKRO, WAHYU SILINWANGI, WAHYU MUKTI WIBOWO, WAHYU KAPRIBADEN, WAHYU TAN KENO OWAH GINGSIR, WAHYU WILWATIKTA MAJAPAHIT, WAHYU QURAN QODIM

Selasa, 24 Oktober 2017

PENGERTIAN PENYAKSIAN ADANYA TUHAN YME
PERJALANAN DIRI PRIBADI

OLEH : WAHYUDI PRATAMA SUTA
PASURUAN – JAWA TIMUR


Sejak kapan manusia menyaksikan Tuhan YME

Sejak kapan manusia menyaksikan adanya kekuatan yg sangat besar, yang meliputi atas segala sesuatu yg mereka sebut Tuhan YME, begitulah dalam benakku saat awal aku mulai menyadari dan merasa bahwa ada kekuatan diluar kekuatan pikiran secara utuh. Itulah pertanyaan yg terus kugali hari demi hari dan saat demi saat.

Lalu sempat aku berpikir darimana adanya tenaga berasal yg dapat mengaktifkan seluruh organ didalam tubuhku. Ya mungkin dengan meditasi ku mampu menemukannya begitulah saat aku memulainya sebuah pencarian tentang diriku ini.

Saat itu aku merasakan semua aliran darahku bergerak dinamis dan stabil, semuanya seperti ada aliran sungai didalam tubuhku, denyut jantung yg saat awal berdetak kasar menjadi sangat halus dan lembut dan semua nafasku seperti terhenti dan aku tak merasakan adanya tubuh kasar ini, aku hanya merasakan ada sebuah vibrasi penuh yg terpusat di jantung dan semuanya dikirim ke seluruh tubuhku.

Disinilah aku merasakan sebuah kesadaran bahwa jantung adalah pusat inti kehidupan diriku. Jantung inilah semuanya berpusat sbg titik utama penggerak vibrasi dan seluruh organ didalam diriku namun aku tak menemukan darimana kekuatan ini berasal.

Gerak dan sifat jantung yg berdenyut seperti air yg sangat lembut kadang terasa dan kadang tidak membuat kesadaranku mulai timbul, inilah pusat Tuhan dalam diriku inilah rumah Tuhan didalam diriku, lalu aku membuka mataku perlahan dan kabur saat awal tak menutup rasa denyut halus jantung itu didalam ingatanku.

Oh inilah Baitul Muharram rumah Tuhan didalam jasadku itulah saat awal kurasakan dlm pikiranku. Lambat laun pola pikirku mulai mencermati dengan seksama kanan kiriku dengan semua penciptaannya lalu kesadaran pola pikirku mengatakan Oh ternnyata semua adalah daya, Oh Tuhan itu ternyata adalah daya, bahkan setiap wujud apapun memiliki daya seperti meja yg kupakai menaruh sebuah pc itupun berdaya begitu pula kursi yg kududuki ini semua berdaya dan tak sesuatupun terlepas dari daya atau kekuatan.

Kekuatan atau daya yg disebut dalam bahasa sekarang merupakan Energy itu selalu tak terlepas dari gerakan, karakter dan kegunaannya ….. oh inikah af’al dan sifat serta asma’ dari sang Daya ….??? Oh ternyata daya ini memiliki kemuliaan dan kemuliaan itu selalu memiliki faedah secara tertib sesuai genetika dan peruntukkannya, oh inilah Cahaya Muhammad, cahaya gerak yg berkarakter dan berfaedah setiap wujudnya dengan patuh sehingga kecerdasan diriku memberi nama nama yg baik sesuai peruntukkannya, Oh Sang Daya – Guna yg telah tajali Aku menyaksikannya tanpa sekat apapun, dan logika kupun tak membantah saat tautan tautan pelajaran agamis teringat di benakku dgn tautan tautan kalimat laisa kamislihi syaiun atau tan keno kinoyo ngopo, begitulah Daya memang tak serupa dengan apapun dan manusia hanya mempu menggunakan daya daya itu secara proporsional sesuai kebutuhannya.

Daya – Guna itulah ternnyata Allah – Muhammad dlm bahasa religius ternyata terdapat di dalam setiap Wujudnya, oh beginikah kenapa sifat 20 terdapat wujud di urutan pertama dan tentunya ini sangat harmony dengan surat al alaq ayat 1 yaitu bacalah..! bersamaku yg menciptakan, dan ternyata itu memang sebuah fakta yg tak dapat ditolak logika sama sekali. Tak dapatnya logika menolak logika hati inilah sebuah Ruang Kesadaran Kesejatian Titik yg tak dapat diganggu gugat bagi saya pribadi dan inilah ruang Penyaksian Haqqul Yakin diriku atas sebuah makna syahadat sejati.

Bahkan secara kesadaran berpikir ini ilmu logika tak mampu menolak bahwa setiap sel dan genetikanya memiliki daya – guna yg utuh dan semuanya bersinergi satu sama lain dengan faedahnya secara harmony sehingga membuat keseimbangan hidup dalam jasmani diriku ini.

Oh inilah Tuhan dan kemulyaannya atas diriku yaitu daya – guna keabadian, yg tak akan lekang oleh jaman apapun tak akan pernah mati dan tidur bahkan daya guna ini terus berproses tanpa logika pikiran saat diriku tertidur pulas.

Daya – guna inilah alam bawah sadar diriku, dan itulah penyaksian mutlak diatas kemutlakan secara menyeluruh. Bahwa daya – guna hanya dapat dibuktikan didalam ruang rasa jiwa psikologis bahwa daya guna itu tulus tanpa upah mengerjakan sesuatunya dan selalu mematuhi hukum aksi reaksi atasnya, maka saya katakan daya – guna itu patuh kpd hukum hidupnya sendiri yaitu aksi dan reaksi dan ikhlas adalah Pola Hidupnya.



Kamis, 12 Oktober 2017

Aksi Reaksi adalah pola pikir Semesta

Tajuk
by Wahyudi Pratama Suta

Semenjak kita dilahirkan ataupun semenjak alam semesta ini ada adalah bermula dari ketiadaan apapun yaitu kekosongan. Dimana kekosongan ini memiliki daya yg tak terbatas dan menembus batasan apapun melalui ruang dinamika gerak, dinamika sifat, serta dinamika kegunaannya. Begitulah daya semesta yg berawal dari kekosongan mengikat semua partikel dan unsur atomik untuk selalu bergarak dinamis sesuai sifat sifatnya sampai pada akhirnya membentuk faedah faedah hidup dalam wujud dan bentuk yg nyata sebagaimana kita dapat menyaksikannnya melalui panca indriya eksternal dan batiniyah secara utuh.

Yang secara bahasa filsafat religious bangsa arab menyebutnya dengan syahadatain, dimana Allah merupakan pemilik tunggal energy alias daya semesta yg selalu memiliki gerak, sifat alias karakter yg selalu berperan dan tak pernah terpisahkan dari sang daya itu sendiri, maka karena tak dapat terpisahkan dari sang daya itu sebagian dari mereka menyebutnya dengan gelar alias label Nur Muhammad saw yg artinya ruang cahaya kemuliaan yg berupa gerak, sifat dan karakter serta faedahnya yang tak mampu terpisahkan dari daya itu sendiri, sehingga layaknya sebuah kekasih, demikianlah Nur Muhammad sebagai kekesih Allah adalah gelar penyingkat kata yg menunjukkan ruang afal, sifat dan asma’ yg takkan terpisahkan dari ruang sang daya itu sendiri. Sebagian dari mereka menyebutnya dengan cahaya kristus sang penolong, cahaya atma percikan sang hyang Brahman, cahaya budi daya luhur sang budha, atak lain dan tak bukan merupakan Daya yg selalu bergerak, bersifat, berfaedah yg sinergis satu sama lain tanpa henti berproses dan bereaksi sehingga dikatakan HIDUP.

Perwujudan hidup yg memiliki eksistensi dari ruang gerak sifat dan faedah tersebut mengatakan kpd kita dengan cahaya ilmu lalu kita beri nama nama yg mulia atas varian faedah itu sendiri. Sinergistas partikel dan atomic tanpa henti mengakumulasi semua perhitungan secara akurat, sistematis dan teratur sebagaimana molekul molekul itu saling tunduk dan beradaptasi dari atas peran dan keadaannya.
Begitulah aksi dan reaksi itu menjadi hukum diatas semua hokum yg ada yg telah dikemas oleh beberapa manusia berjiwa yg menyelamatklan dan mengamankan dengan label sunnatullah alias karmaphala alias the Law of Attraction atau aksi reaksi tanpa henti yg mutlak diatas semua kemutlakan sebagai hukum tanam tuai yg nyata dan tak seorangpun mampu mengingkarinya dan terlepas dari hal tsb selama hayat masih dikandung badan.
Sebagaimana sebab lapar kita kena akibat untuk makan, dan sebab haus kita kena akibat untuk minum. Semua hal dialam dunia ini tak akan mampu menentangnya, bahkan Tuhan sendiri patuh pada hukum yg dibuatnya ini bersama tajali wujudnya.

Lalu bagaimanakah kita mampu terlepas dari semua hukum gravitasi bumi dan aksi reaksi tersebut selama kita hidup didunia?
Ini mungkin pertanyaan akan muncul dari sebagian orang yg ingin kembali kepadanya, bagaimana cara hidup terbias dualitas namun tak pernah terlekati oleh dualitas itu sendiri, sebuah hal yg jika dipikir mungkin akan sangat sulit, bagaimana kita tersengat matahari namun tidak merasa panas …? Bagaimana kita terguyur air hujan namun tidak merasa kedinginan….?? Suatu hal yg sulit dinalar bukan….???

Namun bagi sebagian orang hal itu menjadi mungkin jika mereka mau belajar untuk mendalami filsafat tersebut …..demikianlah manusia dilahirkan untuk mencipta dlm kreasi intuisinya dan mewujudkannya secara ilmu yg realitas.
Bukankah Allah itu maha gaib….??? Dan tidak butuh segalanya….???!!! Namun mengapa masih membuat berbagai perwujudan dirinya sendiri….???
Semata mata itu adalah kehendakNya sendiri dan kebijaksanaannya telah diamanatkan kepada kita manusia.

Kita tersinari panas namun tak terlekati panas…terguyur air hujan tak terlekati dingin…insting manusia terus tumbuh dari peradaban ke peradaban dengan pengetahuan dan kecerdasannya maka keilmuannya hadir mencipta PAYUNG untuk meringankan dualitas itu sendiri. Demikianlah mereka juga survival digua gua saat cuaca memburuk untuk berlindung dari dualitas alam itu sendiri.
Berlindung dari dualitas alam membuat mereka semakin kreatif untuk mencipta, ciptaan yg memfasilitasi hidup mereka itu agar terhindar dari serangan panas dingin terus berkembang yaitu dengan melawan panas dan dingin tsb. Dan saat ini bila kita kedinginan maka kita akan menciptakan perapian untuk menjaga suhu tubuh, jika kita kepanasan kita akan menciptakan alat penurun suhu seperti kipas angin dan Ac untuk mempertahankan kenyamanan diri kita dari nuansa dualitas yg telah tercipta semenjak alam ini digelar oleh gerak sifat dari sang daya tsb.

Namun itu hanyalah kulit luar yaitu untuk jasmani saja mampu untuk diatasi dengan penciptaan dan perwujudan ilmu dan pola pikir….lalu bagaimana dengan batiniyah kita saat kita menghadapi dualitas enak dan tidak enak…???
Apakah mampu pola pikir mencipta ruang kedamaian batiniyah atau psikis kita tersebut….???, maka hal ini akan berlaku sama saja, ketenangan batin dan psikis mampu kita ciptakan secara psikis yaitu membuka pintu pola pikir selebar lebarnya dengan penerimaan keadaan dan menimba ilmu dan wawasan untuk mendamaikan psikis kita sesuai keadaan yg kita hadapi dengan ikhlas tanpa melekatkan hal apapun perbuatan kita didalam psikis, menghilangkan keakuan thd segala hal yg kita perbuat adalah perbuatan kita, namun memahami semuanya adalah karya dari Sang Inti Daya itu sendiri yg memercik kpd kita, atau yg dititipkan kpd kita sebagai manusia yg realis sbg pengejawantahan percikan Daya Tuhan dan Kemuliaan Tuhan itu sendiri.


Tekstur peran dan guna kita tidaklah pernah sama, artinya kita sebagai manusia bergantung juga dari ruang wujud yg ada disekitar kita, demikianlah sinergisitas itu terjadi tanpa kompromi dan nyata, maka system inilah yg membuat pola pikir kita mengatakan Tuhan adalah Daya kesatuan Wujud Tunggal yg ada dialam semesta ini sbg kemutlakan tanpa dapat diganggu gugat oleh siapapun, maka Ruang inilah System ketergantungan yg difalsafahkan secara arif dgn PENGERAN yaitu system gerak, sifat yg berfaedah secara dinamis tanpa sekat.  

Minggu, 24 September 2017

140 AJARAN DAN PEMIKIRAN SYEKH SITI JENAR


001. …. tidak usah kebanyakan teori semu, karena sesungguhnya ingsun (saya) inilah Allah. Nyata ingsun yang sejati, bergelar Prabu Satmata, yang tidak ada lain kesejatiannya yang disebut sebangsa Allah.

002. Jika ada seseorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain Allah SWT, maka ia akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang ia inginkan.

003. Allah itu adalah keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai penghalang? Dan sesungguhnya aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud dua; saya sekarang adalah Allah, nanti Allah, dzahir bathin tetap Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?.

004. Sebenarnya keberadaan dzat yang nyata itu hanya berada pada mantapnya tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, tetapi harus menjadi segala niat kita yang sungguh-sungguh.

005. Tidak usah banyak bertingkah, saya ini adalah Tuhan. Ya, betul betul saya ini adalah Tuhan yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilah bahwa tidak ada tuhan yang lain selain saya.

006. Saya ini mengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya kemanunggalan. Sedangkan bangkai itu selamanya tidak ada. Adapun yang dibicarakan sekarang adalah ilmu yang sejati yang dapat membuka tabir kehidupan. Dan lagi semuanya sama. Tidak ada tanda secara samar-samar, bahwa benar-benar tidak ada perbedaan yang bagaimanapun, saya akan tetap mempertahankan tegaknya ilmu tersebut.

007. Bahwa sesungguhnya, lafadz Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanpa rupa dan tiada tampak akan membingungkan orang, karena diragukan kebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya yang sejati, sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu untuk menyebut wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja dan menyatakan suatu janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yang diucapkan Muhammad Rasulullah.

008. ….. padahal sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah. Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, Maha Sakti dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu pangeran saya, yang menguasai dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah, artinya menyatukan diri denga ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara melebihi peluru atau anak sumpit, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan. Dia itu yang bersatu padu dengan wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dan kehendak-Nya, tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.

009. Syehk Lemah Bang namaku, Rasulullah ya aku sendiri, Muhammad ya aku sendiri,Asma Allah itu sesungguhya diriku, ya akulah yang menjadi Allah ta’ala.

010. Jika Anda menanyakan di mana rumah Tuhan, maka jawabnya tidaklah sukar. Allah berada pada Dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu berada dalam tubuh manusia. Tapi hanya orang yang terpilih saja yang bisa melihatnya, yaitu orang-orang suni.

011. Rahasia kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini kesejahteraan kehidupan, engkau sejatinya Allah, ya ingsun sejatinya Allah; yakni wujud yang berbentuk itu sejati itu sejatinya Allah, Sir (rahasia) itu Rasulullah, lisan (pengucap) itu Allah, jasad Allah badan putih tanpa darah, sir Allah, rasa Allah, rahasia rasa kesejatian Allah, ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah.

012. Adanya kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup itupun ditetapkan oleh diri sendiri, tidak mengenal roh, yang melestarikan kehidupan, tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka dukapun musnah karena tidak diinginkan oleh hidup. Dengan demikian hidupnya kehidupan itu berdiri sendiri.

013. Dzat wajibul maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke semua kebaikan. Citra manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal. Satu keinginan saja belum tentu dapat dilaksanankan dengan tepat, apalagi dua. Nah cobala untuk memisahkan Dzat wajibul maulana dengan budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginan yang lain.

014. Hyang Widi, kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini adalah baka bersifat abadi, tanpa antara tiada erat dengan sakit apapun rasa tidak enak, ia berada baik disana, maupun di sini, bukan ini bukan itu. Oleh tingkah yang banyak dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga, adalah sesuatu yang baru.

015. Gagasan adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia. Di manakah adanya Hyang Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah cakrawala dunia, membubunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang mulia.

016. Kemana saja sunyi senyap adanya; ke Utara, Selatan, Barat, Timur dan Tengah, yang ada di sana hanya adanya di sini. Yang ada di sini bukan wujud saya. Yang ada dalam diriku adalah hampa dan sunyi. Isi dalam daging tubuh adalah isi perut yang kotor. Maka bukan jantung bukan otak yang pisah dari tubuh, laju pesat bagaikan anak panah lepas dari busur, menjelajah Mekkah dan Madinah.

017. Saya ini bukan budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, bukan niat, buka udara, bukan angin, bukan panas, dan bukan kekosongan atau kehampaan. Wujud saya ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas saya  mengelilingi dunia, tanah, api, air, dan udara kembali ke tempat asalnya, sebab semuanya barang baru bukan asli.

018. Maka saya ini Dzat sejiwa yang menyatu, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeran saya bersifat Jalil dan Jamal, artinya Maha Mulia dan Maha Indah. Ia tidak mau sholat atas kehendak sendiri, tidak pula mau memerintah untuk shalat kepada siapapun. Adapun shalat itu budi yang menyuruh, budi yang laknat dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan dituruti, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat dipegang, tidak jujur, jika dituruti tidak jadi dan selalu mengajak mencuri.

019. Syukur kalau saya sampai tiba di dalam kehidupan yang sejati. Dalam alam kematian ini saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan api neraka. Sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila saya sudah lepas dari alam kematian. Saya akan hidup sempurna, langgeng tiada ini dan itu.

020. Menduakan kerja bukan watak saya. Siapa yang mau mati dalam alam kematian orang kaya akan dosa. Balik jika saya hidup yang tak kekal ajal, akan langgeng hidup saya, tidak perlu ini dan itu. Akan tetapi saya disuruh untuk memilih hidup atau mati saya tidak sudi. Sekalipun saya hidup, biar saya sendiri yang menentukan.

021. …….Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini dijumpai dalam mati, mati yang sempurna teramat indah, manusia sejati adalah yang sudah meraih ilmu. Tiada dia mati, hidup selamanya, menyebutnya mati berarti syirik, lantaran tak tersentuh lahat, hanya beralih tempatlah dia memboyong kratonnya.

022. Aku angkat saksi dihadapan Dzat-KU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku. Dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU, susungguhnya yang disebut Allah adalah ingsun (aku) diri sendiri. Rasul itu rasul-KU, Muhammad itu cahaya-KU, aku Dzat yang hidup yang tak kena mati, Akulah Dzat yang kekal yang tidak pernah berubah dalam segala keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana tidak ada yang samar sesuatupun, Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benderang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah aku yang meliputi sekalian alam dengan kodrat-KU.

023. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.

024. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah. Disebut Imannya Tauhid.

025. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.

026. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.

027. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.

028. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.

029. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah. Disebut Imannya Takbir.

030. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.

031. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.

032. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.

033. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah bertambahnya nikmat dan anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.

034. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah. Disebut Imannya Wudlu.

035. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.

036. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya Akal.

037. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad makrokosmos, dunia akhirat, surga neraka, arsy kursi, loh kalam, bumi langit, manusia, jin, iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya.

038. Yang disebut kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang menyamai. Kekuasannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik luar maupun dalam merupakan kesatuan, yang beraneka ragam.

039. Iradat artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui keadaan, yang lepas jah dari panca indra bagaikan anak gumpitan lepas tertiup.

040. Inilah maksudnya syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha berarti kesetian rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad berarti hasil karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.

041. Mengertilah bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu maka sakaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.

042. Syahadat Allah, Allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya lebur menjadi roh, roh lebur menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali kepada yang sejati, tinggalah hanya Allah semata yang abadi dan terkematian. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).

043. Syahadat Ananing Ingsun, Asyhadu keberadaan-KU, La Ilaha bentuk wajahku, Ilallah Tuhanku, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawa seluruhnya.  (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).

044. Syahadat Panetep Panatagama yaitu, yang menjadi bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).

045. Kenikmatan mati tak dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan kecemasan, menyusahkan dalam patihnya, justru bagi ilmu orang remeh…..

046. Segala sesuatu yang wujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan denga sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang hampa.

047. Shalat limakali sehari adalah pujian dan dzikir yang merupakan kebijaksanaan dalam hati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yang akan menerima, dengan segala keberanian yang dimiliki.

048. Pada permulaan saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, budi saya melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadang menginginkan keduniaan yang banyak, lain dengan Dzat Maha yang bersama diriku, Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Dzat Maulana yang nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.

049. Syahadat, shalat, dan puasa itu adalah amalan yang tidak diinginkan, oleh karena itu tidak perlu dilakukan. Adapun zakat dan naik haji ke Makkah, keduanya adalah omong kosong. Itu semua adalah palsu dan penipuan terhadap sesama manusia. Menurut para auliya’ bila manusia melakukannya maka dia akan dapat pahala itu adalah omong kosong, dan keduanya adalah orang yang tidak tahu.

050. Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala, berbelang. Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada bedanya satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal, saja, yaitu Gusti Dzat Maulana.

051. ….Gusti Dzat Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah Maha Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia tiada tampak. Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngindraloka.

052. Hyang Widi, wujud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti penampakan raga yang tiada tampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri pribadi.

053. Mengertilah bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.

054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu, ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya. Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah tiada terpikirkan. Maka sampailah Syekh Siti Jenar di istana sifat yang sejati.

055. Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan neraka yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga berarti ia senang, bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.

056. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.

057. Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum busa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali setiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.

058. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah perbuatan Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari selain Allah. Oleh karena itu Af’al allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan pensil, di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang terlempar dari tangan seseorang itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan seseorang, ”maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkan Allah yang melempar ketika engkau melempar.

059. Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi rusak dan bercampur tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bila kamu belum menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hihuran macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orang yang terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian, satu-satunya yang ku usahakan ialah kembali kepada kehidupan.

060. Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru.

061. Bumi, langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia. Manusialah yang memberi nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.

062. Sesungguhnya pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara ajaran Islam dengan Syiwa Budha. Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang berbeda. Misalnya dalam Syiwa Budha dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal Keselamatan, sementara dalam Islam kita mengenal Allah al Jamal dan as Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal penciptaan yang dikenal dengan Brahmana maka dalam Islam kita mengenal al Khaliq.         Syiwa sebagai penguasa makhluk disebut Prajapati, maka dalam Islam kita mengenal al Maliku al Mulki. Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih disebut Sankara, maka dalam Islam kita mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.

063. Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa, yang tidak memiliki apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan apa-apa.

064. Jika engkau kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah, jangan engkau terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang diperbuatnya. Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalian, maka keberadaan dirinya sebagai manusia telah lenyap, tenggelam ke dalam          al Waly.

065. Kewalian bersifat terus menerus, hanya saja saat tenggelam dalam al Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan saat tenggelam ke dalam al Waly itulah sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al Waly. Lantaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur dengan akal pikiran manusia, dimana karamat itu sendiri pada hakekatnya pengejawantahan al Waly. Dan lantaran itu pula yang dinamakan karamat adalah sesuatu diluar kehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya mutlak.

066. Kekasih Allah itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejauhan, kelihatan sekali terangnya. Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata, mata kita akan silau dan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu kemata maka kita akan semakin buta tidak bisa melihatnya.

067. Engkau bisa melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh darimu. Nemun engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar dari diri orang-orang yang terdekat denganmu.

068. Saya hanya akan memberi sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk meniti jembatan (shiratal mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan ajaib karena jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka yang meniti dengan tujuan yang hendak dicapai.

069. Bagi kalangan awam, istighfar lazimnya dipahami sebagai upaya memohon ampun kepada Allah sehingga mereka memperoleh pengampunan. Tetapi bagi para salik, istighfar adalah upaya pembebasan dari belenggu kekakuan kepada Allah sehingga memperoleh ampun yang menyingkap tabir ghaib yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma al Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi, Maha Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.

070. Semua cerita itu benar, hanya nama dan caranya saja yang berbeda. Justru ”cara” itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik melihat menilai terlalu tinggi ”cara” yang diikutinya sehinga menafikan ”cara” yang lain.

071. Semua rintangan manusia itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan bumi. Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita, sebagaimana bumipun berlapis tujuh, dan samuderapun berlapis tujuh. Bahkan neraka berlapis tujuh. Tidakkah anda ketahui bahwa surgapun berjumlah tujuh. Tidakkah Anda ketahui bahwa dalam beribadah kepada Allah manusia diberi piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Quran untuk menghubungkang dengan-Nya? Tidakkah Anda sadari bahwa saat Anda sujud anggota badan Anda yang menjadi tumpuan?

072. Di dunia manusia mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam kematian, mengharap-harap akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan sekali. Tetapi sesungguhnya manusia di dunia ini dalam alam kematian, sebab di dunia ini banyak neraka yang dialami. Kesengsaraan, panas, dingin, kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia dalam alam yang nyata.

073. Dalam alam ini manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada diperlukan lantaran ayah dan ibu. Ia berbuat menurut keinginan sendiri tiada berasal dari angin, air tanah, api, dan semua yang serba jasad. Ia tidak menginginkan atau mengaharap-harapkan kerusakan apapun. Maka apa yang disebut Allah ialah barang baru, direka-reka menurut pikiran dan perbuatan.

074. Orang-orang muda dan bodoh banyak yang diikat oleh budi, cipta iblis laknat, kafir, syetan, dan angan-angan yang muluk-muluk, yang menuntun mereka ke yang bukan-bukan. Orang jatuh ke dalam neraka dunia karena ditarik oleh panca indera, menuruti nafsu catur warna : hitam, merah, kuning, serta putih, dalam jumlah yang besar sekali, yang masuk ke dalam jiwa raganya.

075. Saya merindukan hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada terbayangkan, tiada kenal arah, tiada kenal tempat, tiada tahu hitam, merah, putih, hijau, biru dan kuning. Kapankah saya kembali ke kehidupan saya yang dulu? Kelahiranku di dunia alam kematian itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.

076. Kelahiranku di dunia kematian itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.

077. Keinginan baru, kodrat, irodat, samak, basar dan ngaliman )’aliman). Betul-betul terasa amat berat di alam kematian ini. Panca pranawa kudus, yaitu lima penerangan suci, semua sifat saya, baik yang dalam maupun yang luar, tidak ada yang saya semuanya itu berwujud najis, kotor dan akan menjadi racun. Beraneka ragam terdapat tersebut dalam alam kematian ini. Di dunia kematian, manusia terikat oleh panca indera, menggunakan keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya, sehingga saya hampir tergila-gila dalam dan kematian ini.

078. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis, oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pandangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak kebahagian orang lain. Dengki juga akan menimbulkal kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.

079. Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, sungsum, bisa merusak dan bagaimana cara anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali tiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan anda, anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.

080. mayat-mayat berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur, mencari makan dan sandang yang bagus dan permata serta perhiasan yang berkilauan, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah mayat-mayat belaka. Yang naik kereta, dokar atau bendi itu juga mayat, meskipun seringkali ia berwatak keji terhadap sesamanya.

081. Orang yang dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya raya, mempunyai tanah dan rumah yang mewah, mereka sangat senang dan bangga. Apakah ia tidak tahu, bahwa semua benda yang terdapat di dunia akan musnah menjadi tanah. Meskipun demikian ia bersifat sombong lagi congkak. Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak tahu akan sifat-sifat dan citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang paling cukup pandai.

082. Di alam kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial. Keadaan di dunia seperti ini menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan dalil Samarakandi ”al mayit pikruhi fayajitu kabilahu” artinya Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan memperoleh pahala surga serta neraka.

083. ”Keadaan itulah yang dialami manusia sekarang” demikian pendapat Syekh Siti Jenar, yang pada akhirnya Siti Jenar siang malam berusaha untuk mensucikan budi serta menguasai ilmu luhur dengan kemuliaan jiwa.

084. Di alam kematian terdapat surga dan neraka, yakni bertemu dengan kebahagian dan kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan keduniawian. Ini cocok dengan dalil Samarakandi analmayit pikutri, wayajidu katibahu. Sesungguhnya orang mati itu akan mendapatkan raga bangkainya, terkena pahala surga serta neraka.

085. Surga neraka tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun letaknya hanya dalam rasa hati masing-masing pribadi, senang puas itulah surga, adapun neraka ialah jengkel, kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka terdapat dia akhirat. Itulah hal yang semata khayal tidak termakan akal.

086. Sesungguhnya, menurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak kekal. Yang menganggap kekal surga neraka itu adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat yang wajib abadi, kekal, langgeng, dan azali.

087. Sesungguhnya, tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga oleh orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah (taman), yang bermakna tempat sangat menyenangkan yang di dalamnya hanya terdapat kebahagian dan kegembiraan. Hampir mirip dengan swarga yang dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal ada tujuh surga besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus, al-Adn, an-Na’im, al-Khuld, al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah amalan orang-orang yang baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam hidup di dunia.

088. Sementara itu, tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang meyakini adanya Alam Bawah, yaitu neraka yang bertingkat-tingkat dan jumlahnya sebanyak jenis siksaan, Islam pun mengajarkan demikian. Jika dalam ajaran Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka besar yaitu, Sutala, Wtala, Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam juga dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar, Jahim, dal Wail.

089. Sebetulnya yang disebut awal dan akhir itu berada dalam cipta kita pribadi, seumpama jasad di dalam kehidupan ini sebelum dilengkapi dengan perabot lengkap, seperti umur 60 tahun, disitu masih disebut sebagai awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya mengangkat atau awal penetapan manusia, serta genapnya hidup.

090. Yang saya sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat penghabisan mendekati akhir, maksudnya setelah melalui segala hidup di dunia. Maka, sejatinya awal itu memulai, akhir mengakhiri. Jika memang bukan adanya zaman alam dunia atau zaman akhirat, itu semua masih dalam keadaan hidup semua.

091. Untuk keadaan kematian saya sebut akhirat, hanyalah bentuk dari bergantinya keadaan saja. Adapun sesungguhnya mati itu juga kiamat. Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh, jadi semua roh itu kalau sudah menjadi satu hanya tinggal kesempurnaannya saja.

092. Moksanya roh saya sebut mati, karena dari roh itu terwujud keberadaan Dzat semua, letaknya kesempurnaan roh itu adalah musnahnya Dzat. Akan tetapi bagi penerapan ma’rifat hanya yang waspada dan tepat yang bisa menerapkan aturannya. Disamping semua itu, sesungguhnya semuanya juga hanya akan kembali kepada asalnya masing-masing.

093. Ketahuilah, bahwa surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari keadaan, wujud makhluk itu dari kejadian. Surga dan neraka sekarang sudah tampak, terbentuk oleh kejadian yang nyata.

094. Saya berikan kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini sama sekali berdasarkan wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur itu terletak dalam perasaan hati yang senang. Tidak kurang orang duduk dalam kereta yang bagus merasa sedih bahkan menangis tersedu-sedu, sedang seorang pedagang keliling berjalan kaki sambil memikul barang dangangannya menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai macam lagu dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul, menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke Semarang. Ia itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia. Ia tidur di rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala, dikerumuni serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.

095. Orang disurga segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian serba enak, karena kereta bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana saja. Tetapi apabila nerakanya datang, menangislah ia bersama istri atau suaminya dan anak-anaknya.

096. Manusia yang sejati itu ialah yang mempunyai hak dan kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa, serta mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia menjadi sukma, sedang Hyang Sukma menjadi nyawa.  Hilangnya nyawa bersatu padu dengan hampa dan kehampaan ini meliputi alam semesta.

097. Adanya Allah karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi tidak tahu akan adanya Dzat dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu, menyatukan diri hingga lenyap dan terasa dalam pribadi. Ya dia ya saya. Maka dalam hati timbul gagasan, bahwa ia yang berdzikir menjadi Dzat yang mulia. Dalam alam kelanggengan yang masih di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya manusia yang ada. Allah yang dirasakan adanya waktu orang berdzikir, tidak ada, jadi gagasan yang palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah yang demikian itu hanya karena nama saja.

098. Manusia yang melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga dalam hal ini antara agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di samping itu roh dan nama sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi mengerti akan hal ini dan semua sangat mudah dipahami.

099. Manusia hidup dalam alam dunia ini hanya menghadapi dua masalah yang saling berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup berjodoh dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hambanya.

100. Orang hidup tiada merasakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan berbuat buruk dan jiwa luhur tiada bertempat tinggal. Demikianlah pengetahuan yang bijaksana, yang meliputi cakrawala kehidupan, yang tiada berusaha mencari kemuliaan kematian, hidup terserah kehendak masing-masing.

101. Keadaan hidup itu berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung seisinya, semua yang tumbuh di dunia, udara dan angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan bulan menyusup di langit dan keberadaan manusia sebagai yang terutama.

102. Allah bukan johor manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang gaib. Syahadat itu kepalsuan.

103. akhirat di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.

104. Bayi itu berasal dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan. Karena terbiasa waktu kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tua berkumpul dengan orang tua. Berbincang-bincanglah mereka tentang nama sunyi hampa, saling bohong membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud mereka tidak diketahui.

105. Takdir itu tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa yang menguasai segala kejadian.

106. Orang mati tidak akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu hidup yang masih mandiri dalam raga. Apabila jiwa saya telah melakukan tugasnya, maka dia akan kembali ke alam aning anung, alam yang tentram bahagia, aman damai dan abadi. Oleh karena itu saya tidak takut akan bahaya apapun.

107. Menurut pendapat saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata.

108. Mana ada Hyang Maha Suci? Baik di dunia maupun di akhirat sunyi. Yang ada saya pribadi. Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa kawan yang menemani. Disitulah Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.

109. Karena saya di dunia ini  mati, luar dalam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku sekarang.

110. Orang yang ingin pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih bagi murid Siti Jenar, sebab ia sudah paham dengan menguasai sebelumnya. Di sini dia tahu rasanya di sana, di sana dia tahu rasanya di sini.

111. Tiada bimbang akan manunggalnya sukma, sukma dalam keheningan, tersimpan dihati sanubari, terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan tidur, ibarat keluar dari mimpi, menyusupi rahsa jati.

112. Manusia tidak boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.

113. Manusia tidak boleh berbohong.

114. Manusia tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak nak didengar, dan menyakiti orang lain.

115. Manusia tidak boleh memakan daging (hewan darat, udara ataupun air).

116. Manusia tidak boleh memakan nasi kecuali yang terbuat dari bahan jagung.

117. Manusia tidak boleh mengkhianati terhadap sesama manusia.

118. manusia tidak boleh meminum air yang tidak mengalir.

119. Manusia tidak boleh membuat dengki dan iri hari.

120. Manusia tidak boleh membuat fitnah.

121. Manusia tidak boleh membunuh seluruh isi jagad.

122. manusia tidak boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak bersisik, atau tidak berbulu.

123. Bila jiwa badan lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang sungguh nyata dan tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya buah kamumu. Pramana menampilkannya manunggal dengan asalnya dan dilahirkan olehnya.

124. tetapi yang kau lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka penuh mutiara bercahaya indah, yang memancarkan sinar-sinar bernyala-nyala, itu dinamakan pramana. Pramana itu kehidupan badan. Ia manunggal dengan badan, tetapi tidak ambil bagian dalam suka dan dukanya. Ia berada di dalam badan.

125. Tanpa turut tidur dan makan tanpa menderita kesakitan atau kelaparan. Bila ia terpisah dari badan, maka badan ikut tertinggal tanpa daya, lemah. Pramana itulah yang mampu mengemban rasa, karena ia dihidupi oleh sukma. Kepadanya diberi anugrah mengemban kehidupan yang dipandang sebagai rahasia rasa nya Dzat.

126. Penggosokan terjadi karena digerakkan oleh angin. Dari kayu yang menjadi panas muncullah asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari kayu. Perhatikanlah saat permulaan segala sesuatu, segala yang dapat diraba dengan panca indera, keluar dari yang tidak kelihatan tersembunya…..

127. Ada orang yang menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di tepi laut. Buka dua hal yang mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta alam yang menjdai pusat perhatiannya. Karena kecewa belum dapat berjumpa dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan tidur.

128. Badan jasmani disebut cermin lahir, karena merupakan cermin jauh dari apa yang dicari dalam mencerminkan wajah dia yan ber-paes. Cermin batin jauh lebih dekat.

129. Siang malam terus menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada hentinya terdengarlah pujian dan dzikir mereka. Dan kadang mereka mencari tempat lain dan melakukan konsentrasi di kesunyian hutan. Luar biasalah usaha mereka, hanya Penciptalahyang menjadi pusat pandangannya.

130. Badan cacat kita cela, keutamaan kerendahan hati kita puji, tetapi keadaan kita ialah digerakkan dan didorong olek sukma. Tetapi sukma  tidak tampak, yang nampak hanya badan.

131. Cermin batin itu bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa. Cermin ini sangat istemewa, karena mendekati kenyataan. Bila kau mengetahui badan yang sejati itulah yang dinamakan kematian terpilih.

132. Bila engkau melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau sungguh tersesat.

133. Sukma tidak jauh dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia jauh kalau dipandang jauh, tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak kelihatan, karean antara Dia dan manusia terdapat kekuadaan-Nya yang meresapi segala-galanya.

134. Hyang Sukma Purba menyembunyikan Diri terhadap penglihatan, sehingga ia lenyap sama sekali dan tak dapat dilihat. Kontemplasi terhadap Dia yang benar lenyap dan berhenti. Jalan untuk menemukan-Nya dilacak kembali dari puncak gunung.

135. Tetapi Hyang Sukma sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun dari gunung dan dengan seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia tidak ditemukan, hati orang itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.

136. Hendaklah waspada terhadap penghayatan roroning atunggil agar tiada ragu terhadap bersatunya sukma, pengahayatan ini terbuka di dalam penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir penutup alam gaib, laksana terlintasnya dlam kantuk bagi orang yang sedang mengantuk. Penghayatan gaib itu datang laksana lintasan mimpi. Sesungguhnya orang yang telah menghayati semacam itu berarti telah menerima anugrah Tuhan. Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan kesenangan duniawi. Yang Maha Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia telah kembali ke asal mulanya…..

137. Mati raga orang-orang ulama yang mengundurkan diri di dalam kesunyian hutan ialah hanya memperhatikan yang satu itu tanpa membiarkan pandangan mereka menyinpang. Mereka tidak menghiraukan kesukaran tempat tinggal mereka hanya Dialah yang melindungi badan hidup mereka yang diperlihatkan. Tak ada sesuatu yang lain yang mereka pandang, hanya Sang Penciptalah yang mereka perhatikan.

138.    Yang menciptakan mengemudi dunia adalah tanpa rupa atau suara. Kalbu manusia yang dipandang sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan sungguh-sungguh, jangan sampai pandanganmu terbelah menjadi dua. Peliharalah baik-baik iman kepercayaanmu dan tolaklah hawa nafsumu.

139. Bila kau masih menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau baru memiliki pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan terseyum seolah-olah kau sudah mengerti, bila kau belum mengetahui ilmu sejati. Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah meninggalkan sembah dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata.


140. Sembah dan puji sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan, serta mengenai adanya sendiri tidak lagi dipandang. Papan tulis dan tulisan sudah lebur, kualitas tak ada lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu apa yang masih mau dipandang. Tiadak ada lagi sesuatu. Maklumilah.