Cari Blog Ini

Selasa, 01 Maret 2016

Sembahyang

HAKIKAT 4 MACAM SEMBAH
=========================


#Sembah_raga (syariat)
Dalam tradisi Islam, ia dikenal sebagai shalat 5 waktu yang didahului dengan pensucian diri dengan air.

Manfaat yang paling nyata dari sembah raga adalah badan yang menjadi segar, pikiran menjadi jernih, dan itu kemudian menjadi landasan tumbuhnya hati yang damai.

Hanya di hati yang damailah, kelembutan dan keagungan bisa dirasakan kehadirannya.

#Sembah_kalbu_cipta (tharikat)
“Nantinya, sembah kalbu itu, jika berkesinambungan juga menjadi olah spiritual.
Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja.

Tujuan ajaran ilmu ini; untuk memahami yang mengasuh diri (guru sejati/pancer).”

Itu diwujudkan melalui cara berikut: “Bersucinya tidak menggunakan air; Hanya menahan nafsu di hati; Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati (eling dan waspada);
Teguh, sabar dan tekun, semua menjadi watak dasar.

Teladan bagi sikap waspada.”
Lebih jauh, menyangkut Sembah Kalbu itu digambarkan fenomena-fenomena yang akan terjadi: “Dalam penglihatan yang sejati. Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar.

Biarpun sederhana tata lakunya dibutuhkan konsentrasi.

Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan. Itulah, terbukanya alam lain, bila telah mencapai seperti itu.

Bagaimana cara agar sembah kalbu ini menemui tujuannya?

Dijelaskan sebagai berikut: “Saratnya sabar segala tingkah laku.
Berhasilnya dengan cara membangun kesadaran, mengheningkan cipta, pusatkan fikiran kepada energi Tuhan.

Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia Tuhan).

Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu).

Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati.

Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan gagal.

Maka awas dan ingat lah dengan yang membuat gagal tujuan.”

#Sembah_Jiwa_Roh (hakikat)
“Sembah ketiga yang sebenarnya diperuntukkan kepada Hyang sukma (jiwa).

Hayatilah dalam kehidupan sehari-hari.

Usahakan agar mencapai sembah jiwa ini anakku! Sungguh lebih penting, yang disebut sebagai ujung jalan spiritual.

Tingkah laku olah batin, yakni menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat akan alam nan abadi kelak.

Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil, mengikat, merangkul erat tiga jagad yang dikuasai.

Jagad besar tergulung oleh jagad kecil,Pertebal keyakinanmu anakku ! Akan kilaunya alam tersebut.

Tenggelamnya rasa melalui suasana “remang berkabut”.

Mendapat firasat dalam alam yang menghanyutkan.
Sebenarnya hal itu kenyataan, anakku !
Sejatinya jika tidak ingat, sungguh tak bisa “larut”.
Jalan keluarnya dari luyut (batas antara lahir dan batin).
Tetap sabar mengikuti “alam yang menghanyutkan”.
Asal hati-hati dan waspada yang menuntaskan tidak lain hanyalah diri pribadinya yang tampak terlihat di situ.
Tetapi jangan salah mengerti, di situ ada cahaya sejati. Ialah cahaya pembimbing, energi penghidup akal budi.
Bersinar lebih terang dan cemerlang, tampak bagaikan bintang.
Yaitu membukanya pintu hati, terbukanya yang kuasa-menguasai (antara cahaya/nur dengan jiwa/roh).
Cahaya itu sudah kau (roh) kuasai. Tapi kau (roh) juga dikuasai oleh cahaya yang seperti bintang cemerlang.”

#Sembah_Rasa'(makrifat)
“Sembah rasa terasalah hakekat kehidupan.
Terjadinya sudah tanpa petunjuk, hanya dengan kesentosaan batin.”

Pada tingkatan ini, maka rahasia ketuhanan: “Demikian itu sebagai ketetapan hati. Yang membuka penghalang/tabir antara insan dan Tuhan, tersimpan dalam rahasia, terletak di dalam batin. Rasa hidup itu dengan cara manunggal dalam satu wujud, wujud Tuhan meliputi alam semesta, bagaikan rasa manis dengan madu. Begitulah ungkapannya.”

Sembah pada tingkat keempat ini diwujudkan melalui tatacara sebagai berikut:

“ Melaksanakan petuah itu harus kokoh budipekertinya. Teguh serta sabar, tawakal lapang dada. Menerima dan ikhlas apa adanya sikapnya dapat dipercaya. Mengerti “sangkan paraning dumadi”.

Segala tindak tanduk dilakukan ala kadarnya. Memberi maaf atas kesalahan sesama, menghindari perbuatan tercela, (dan) watak angkara yang besar.

Sehingga tahu baik dan buruk, demikian itu sebagai ketetapan hati.”

Demikianlah, sembahyang atau Sembah Hyang bisa kita pahami sebagai sebuah kegiatan yang menggulung perilaku hidup mulia pada satu momen agar bisa bertemu dengan Tuhan, lalu pada saat yang sama, buah dari pertemuan dengan Tuhan itu kita buktikan melalui perilaku mulia kepada sesama makhluk.

Terakhir..ada sebuah nasihat penting dari mursyid saya, “Jangan sekali-kali kamu menganggap rendah mereka tidak shalat (seperti kamu)!”

Tidak ada komentar: