Tajuk
by Wahyudi Pratama Suta
Semenjak kita dilahirkan
ataupun semenjak alam semesta ini ada adalah bermula dari ketiadaan apapun
yaitu kekosongan. Dimana kekosongan ini memiliki daya yg tak terbatas dan
menembus batasan apapun melalui ruang dinamika gerak, dinamika sifat, serta
dinamika kegunaannya. Begitulah daya semesta yg berawal dari kekosongan
mengikat semua partikel dan unsur atomik untuk selalu bergarak dinamis sesuai
sifat sifatnya sampai pada akhirnya membentuk faedah faedah hidup dalam wujud
dan bentuk yg nyata sebagaimana kita dapat menyaksikannnya melalui panca
indriya eksternal dan batiniyah secara utuh.
Yang secara bahasa
filsafat religious bangsa arab menyebutnya dengan syahadatain, dimana Allah
merupakan pemilik tunggal energy alias daya semesta yg selalu memiliki gerak,
sifat alias karakter yg selalu berperan dan tak pernah terpisahkan dari sang
daya itu sendiri, maka karena tak dapat terpisahkan dari sang daya itu sebagian
dari mereka menyebutnya dengan gelar alias label Nur Muhammad saw yg artinya
ruang cahaya kemuliaan yg berupa gerak, sifat dan karakter serta faedahnya yang
tak mampu terpisahkan dari daya itu sendiri, sehingga layaknya sebuah kekasih,
demikianlah Nur Muhammad sebagai kekesih Allah adalah gelar penyingkat kata yg
menunjukkan ruang afal, sifat dan asma’ yg takkan terpisahkan dari ruang sang
daya itu sendiri. Sebagian dari mereka menyebutnya dengan cahaya kristus sang
penolong, cahaya atma percikan sang hyang Brahman, cahaya budi daya luhur sang
budha, atak lain dan tak bukan merupakan Daya yg selalu bergerak, bersifat,
berfaedah yg sinergis satu sama lain tanpa henti berproses dan bereaksi
sehingga dikatakan HIDUP.
Perwujudan hidup yg
memiliki eksistensi dari ruang gerak sifat dan faedah tersebut mengatakan kpd
kita dengan cahaya ilmu lalu kita beri nama nama yg mulia atas varian faedah
itu sendiri. Sinergistas partikel dan atomic tanpa henti mengakumulasi semua
perhitungan secara akurat, sistematis dan teratur sebagaimana molekul molekul
itu saling tunduk dan beradaptasi dari atas peran dan keadaannya.
Begitulah aksi dan reaksi
itu menjadi hukum diatas semua hokum yg ada yg telah dikemas oleh beberapa
manusia berjiwa yg menyelamatklan dan mengamankan dengan label sunnatullah
alias karmaphala alias the Law of Attraction atau aksi reaksi tanpa henti yg
mutlak diatas semua kemutlakan sebagai hukum tanam tuai yg nyata dan tak
seorangpun mampu mengingkarinya dan terlepas dari hal tsb selama hayat masih
dikandung badan.
Sebagaimana sebab lapar
kita kena akibat untuk makan, dan sebab haus kita kena akibat untuk minum. Semua
hal dialam dunia ini tak akan mampu menentangnya, bahkan Tuhan sendiri patuh
pada hukum yg dibuatnya ini bersama tajali wujudnya.
Lalu bagaimanakah kita
mampu terlepas dari semua hukum gravitasi bumi dan aksi reaksi tersebut selama
kita hidup didunia?
Ini mungkin pertanyaan
akan muncul dari sebagian orang yg ingin kembali kepadanya, bagaimana cara
hidup terbias dualitas namun tak pernah terlekati oleh dualitas itu sendiri,
sebuah hal yg jika dipikir mungkin akan sangat sulit, bagaimana kita tersengat
matahari namun tidak merasa panas …? Bagaimana kita terguyur air hujan namun
tidak merasa kedinginan….?? Suatu hal yg sulit dinalar bukan….???
Namun bagi sebagian orang
hal itu menjadi mungkin jika mereka mau belajar untuk mendalami filsafat
tersebut …..demikianlah manusia dilahirkan untuk mencipta dlm kreasi intuisinya
dan mewujudkannya secara ilmu yg realitas.
Bukankah Allah itu maha
gaib….??? Dan tidak butuh segalanya….???!!! Namun mengapa masih membuat
berbagai perwujudan dirinya sendiri….???
Semata mata itu adalah
kehendakNya sendiri dan kebijaksanaannya telah diamanatkan kepada kita manusia.
Kita tersinari panas namun
tak terlekati panas…terguyur air hujan tak terlekati dingin…insting manusia
terus tumbuh dari peradaban ke peradaban dengan pengetahuan dan kecerdasannya
maka keilmuannya hadir mencipta PAYUNG untuk meringankan dualitas itu sendiri. Demikianlah
mereka juga survival digua gua saat cuaca memburuk untuk berlindung dari
dualitas alam itu sendiri.
Berlindung dari dualitas
alam membuat mereka semakin kreatif untuk mencipta, ciptaan yg memfasilitasi
hidup mereka itu agar terhindar dari serangan panas dingin terus berkembang
yaitu dengan melawan panas dan dingin tsb. Dan saat ini bila kita kedinginan
maka kita akan menciptakan perapian untuk menjaga suhu tubuh, jika kita
kepanasan kita akan menciptakan alat penurun suhu seperti kipas angin dan Ac
untuk mempertahankan kenyamanan diri kita dari nuansa dualitas yg telah
tercipta semenjak alam ini digelar oleh gerak sifat dari sang daya tsb.
Namun itu hanyalah kulit
luar yaitu untuk jasmani saja mampu untuk diatasi dengan penciptaan dan
perwujudan ilmu dan pola pikir….lalu bagaimana dengan batiniyah kita saat kita
menghadapi dualitas enak dan tidak enak…???
Apakah mampu pola pikir
mencipta ruang kedamaian batiniyah atau psikis kita tersebut….???, maka hal ini
akan berlaku sama saja, ketenangan batin dan psikis mampu kita ciptakan secara
psikis yaitu membuka pintu pola pikir selebar lebarnya dengan penerimaan
keadaan dan menimba ilmu dan wawasan untuk mendamaikan psikis kita sesuai keadaan
yg kita hadapi dengan ikhlas tanpa melekatkan hal apapun perbuatan kita didalam
psikis, menghilangkan keakuan thd segala hal yg kita perbuat adalah perbuatan
kita, namun memahami semuanya adalah karya dari Sang Inti Daya itu sendiri yg
memercik kpd kita, atau yg dititipkan kpd kita sebagai manusia yg realis sbg pengejawantahan
percikan Daya Tuhan dan Kemuliaan Tuhan itu sendiri.
Tekstur peran dan guna
kita tidaklah pernah sama, artinya kita sebagai manusia bergantung juga dari
ruang wujud yg ada disekitar kita, demikianlah sinergisitas itu terjadi tanpa
kompromi dan nyata, maka system inilah yg membuat pola pikir kita mengatakan
Tuhan adalah Daya kesatuan Wujud Tunggal yg ada dialam semesta ini sbg
kemutlakan tanpa dapat diganggu gugat oleh siapapun, maka Ruang inilah System
ketergantungan yg difalsafahkan secara arif dgn PENGERAN yaitu system gerak,
sifat yg berfaedah secara dinamis tanpa sekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar