Cari Blog Ini

Jumat, 13 April 2018

HAKIKAT KITAB SUCI FIKSI-KAH ?
Oleh Wahyudi Pratama Suta
Pasuruan, Jawa Timur
Jum’at, 14 April 2018
Pukul 9:45 WIB


Perubahan dinamika pola pikir dan mutasinya kadang membuat sebagian melupakan subtansi yg sejati, kita ada kecenderungan hanya membahas dan memandang topik masalah hanya dengan serangkaian pandangan yg berbasis literasi yg sempit. Hari ini saya berkehendak hati untuk membuat ruang deskripsi tentang pemahaman nilai kitab suci.

Kitab Suci memiliki definisi umum adalah literasi teks dalam sebuah buku yg dimiliki kaum lembaga agamis seperti Literasi Teks Alqur’an, Injil, Bhagavad Gita, dan sloka sloka kebudhaan, namun kita harus dapat berpikir yg luas dan berkembang secara makna riil dari Kitab Suci.

Kitab adalah segala sesuatu yg dapat dibaca dan diambil pemahaman ilmu dan hikmahnya
Suci adalah bebas dualitas penilaian baik dan buruk
Jadi kitab suci memiliki pemahaman segala sesuatu yg dapat dibaca dan diambil ilmu dan hikmahnya tanpa dualitas penilaian baik dan buruk.

Saya mencermatinya tak jauh dari Ruang syadahat penyaksian diri saya pribadi bahwa Allah yg kekuatannya ( energynya ) meliputi segala wujud alam semesta adalah kitab suci yg absolute dan abadi serta tak tergantikan, tak diketahui sumbernya dia ada dimana mana dan meliputi apapun, demikianlah Energy itu dapat dibaca baik melalui perasaan kita sebagai manusia yg dibekali Energy Tuhan itu sendiri yg mampu membaca keadaan dirinya sbg kitab yg terbuka.
Maka kitab Suci yg absolute dan mutlak adalah ENERGY HIDUP ITU SENDIRI.

ENERGY HIDUP itu selalu Bergerak alias beraf’al, berkarakter alias bersifat, berguna diruang perannya sehingga dinamai nama nama yg baik sbg pengejawantahan Sang Hidup itu sendiri, maka gerak sifat dan faedah itulah Utusan Sang Hidup dan merupakan Kitab yg terbuka.

Kitab yg Terbuka adalah segenap wujud dialam semesta ini yg mampu dipelajari manusia sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir dan skill yg telah ternanam sejak manusia dilahirkan. Batu, tanaman, hewan, matahari, bulan amuba dan bakteri adalah kitab suci yg terbuka, yg mampu dipelajari model geraknya, karakter sifatnya dan kegunaannya atau fungsinya dialam semesta raya ini sehingga dinamai nama nama yg baik dengan aneka ruang bahasa di peradaban manusia dimana mereka tinggal.

Kitab suci yg terbuka inilah setelah dipelajari melahirkan suatu keilmuan dan harmonisasi synergy yg utuh setiap wujud saling terkait dan saling kompromi utk mengikat suatu hubungan mutlak dlm ruang ruang dan konteks-konteks fungsinyax sehingga manusia menuliskannya didalam bentuk literasi literasi tekstual dengan berbagai model. Kitab Suci yg Terbuka yg dipelajari dgn harmoni menjadikan hikmah hidup dan panduan hidup di semesta raya ini yg merupakan hasil ESQ manusia yg Seimbang antara Intuisi Daya khayal ( Fiksi) dan imaginasi Otak kanannya ( EQ) yg diseimbangkan dengan logisitik bahasa, adat istiadat, norma pada penyampaian di peradaban manusia itu sendiri (IQ).
Kitab Suci yg terbuka adalah selalu berubah dari masa ke masa dan disetiap peradaban alam semesta, sebagaimana contoh hewan purba seperti Wujud dinosaurus telah punah dari peradaban manusia, adaptasi kehidupan reptile yg dialam bebas mulai berubah ditaman taman suaka margasatwa dan kadang mereka berduet hidup berdampingan dengan manusia dengan foto bersama ular piton, foto bersama lumba2, bergurau dengan singa dalam sebuah pertunjukan misalnya itulah perubahan perubahan pola adaptasi hidup yg dahulunya dirimba belantara sekarang tinggal dikota kota besar dan taman hiburan.

Semua yg tersurat adalah kitab suci termasuk jiwa raga manusia ini, manusia adalah miniatur kitab suci terbesar alam semesta dimana semua pola biologis, kimiawi, fisika, dan potensial kejiwaannya memiliki pola pola atomic yg sama.

Lalu bagaimanakah Hakikat Kitab Suci Fiksikah….? Jika anda cermat memahami tulisan ini maka kesimpulannya terletak dipola paham anda sendiri….
Salam rahayu… Om Darma Santih Om






Sabtu, 07 April 2018

HAKIKAT BRAWIJAYA V dan SABDO PALON NOYO GENGGONG

BY WAHYUDI PRATAMA SUTA
07 April 2018

Penjabaran Samudra Batin Pribadi yg Harmoni antara perjalanan niskale pribadi dgn data literasi ilmiah terakhir yg ada, saya menyuratkan suatu hal singkronisasi tentang keadaan Raja Majapahit ke V yg bergelar Prabu BRAWIJAYA V dengan abdi kinasihnya yg bergelar Sabdo Palon Noyo Genggong, semata mata agar kita terbebas dari delusi dan ilusi maya yg kerap menghimpit batasan akal pikiran dan tak dapat dicerna secara seimbang. Semoga dgn adanya tulisan saya ini mampu memberi penggambaran dan penjelasan kesastraan kepada subtransi (pesan sastra) yg semestinya.

Gelar Brawijaya V sbg Raja Majapahit terakhir yg memiliki nama asli Aryo Wiro Aji bertrah NgestiNingrat (nama ini didapat dari pengalaman niskale pribadi), sosok Raja ini pun secara tersurat memang ada.
Namun secara tersirat Prabu Brawijaya V merupakan gelar yg disematkan atas pencapaian karakter spiritual beliau secara niskale yg diwujudkan melalui bentuk sastra di eranya.

Prabu berasal dari kata Prabuan dimana seorang Raja memakai kata ini dimaksudkan bahwa Raja telah memiliki Jiwa Kelembutan seorang ibu dan telah melewati berbagai macam peristiwa yg dilalui olehnya sehingga dikatakan prabuan seperti kayu yg terbakar sampai menjadi abu, dan itu merupakan bahasa metafora penyingkat kalimat dan keadaan di tingkat kualitas ilmu dan intelektual dijamannya (output ESQ dijamannya). Kata prabuan tak beda jauh dengan makna kata ya latifah dlm sastra kata bahasa arab yg juga memiliki arti kelembutan.

Brawijaya V berasal dari kata Bhre atau Bhra yang brarti terbuka dan telanjang, sedangkan wijaya V merupakan nama bunga yg telah mekar dengan indah berdaun V, filsafat ini memiliki hakikat makna pencapaian spiritualitas seseorang yg telah mampu mengerti akan kehidupan yg tercipta atas 4 elemen (air, api, tanah, udara) menjadi 1 kesatuan yg utuh pada dirinya.
Dan didalam prilakunya seseorang telah mampu mengendalikan 4 elemen terpenting dalam 1 pancer yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman dan perkataan dalam 1 kesadaran pola pikirnya dengan utuh. Atau 4 sisi yg menyatu ibarat symbol ka’bah dimekkah, begitu juga 5 hari pasaran jawa yg mengadopsi 5 unsur yaitu legi, pahing, pon, wage, kliwon, atau timur, selatan, barat, utara dan tengah. Dan masih banyak lagi detail dari makna filsafat Prabu brawijaya V itu sendiri.

Sedangkan Sabdo Palon Noyo Genggong yg disimbolkan dengan personifikasi Abdi dari Prabu Brawijaya V itu sendiri menegaskan ruang subtansi pada keadaan jiwa beliau sendiri yg selalu mengabdi kepada SABDA NURANI HATINYA SEBAGAI KETETAPAN DAN TITAH YG LANGGENG DAN ABADI. Dimana kata Sabda berarti Keadaan Rahsa Nurani, sedangkan Palon adalah ketepatan dan ketetapan serta akurasi titah yg harus dilakukannya dengan cermat, Naya berarti abdi didalam jiwa kepatuhan dan ketaatan yg Langgeng selamanya. Filsafat pesan yg terkandung didalam sastra sosok sabdo palon nooyo genggong ini tak beda jauh dengan sastro jendro hayuningrat pangruwataning diyu ataupun al quran qodim didldm sastra bahasa arab, yaitu suara hati nurani yg memiliki presisi ketepatan dan ketetapan yg mutlak dan abadi TERHADAP DUALITAS HUKUM AKSI REAKSI. Dan dapat dikatakan juga bahwa Sabdo Palon Noyo Genggong merupakan Sabda Nurani yg cermat mengambil setiap keputusan dengan memperhitungkan hokum sebab akibat alam semesta yg ada sehingga selalu hasilnya adalah kemanfaatan yg mayoritas pada keadaan yg sedang terjadi.

SABDO PALON dan NAYA GENGGONG yang pertama kali ada adalah di era kepemimpinan SRI TRIBHUWANATUNGGADEWI MAHARAJASA JAYAWISNUWARDHANI.

Bisa dibuktikan di petilasan beliau (Situs BHRE KAHURIPAN) di dusun Klinterejo, Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, disana selain petilasan Maha Rsi MAUDARA juga akan anda temukan petilasan (berupa "palInggIhan" atau batu tempat duduk) dari dua abdi kinasih : SABDO PALON dan NAYA GENGGONG ini.

Sabdo Plaon noyo genggong merupakan konsep struktural kenegaraan di era itu, dan hal yang sama juga di warisi oleh raja-raja era berikutnya di Majapahit, itulah sebabnya banyak sekali tersebar petilasan yang berkonotasi SABDO PALON dan NAYA GENGGONG.  

Bila didekati secara spiritual, ada pertanyaan :
Apakah dapat diasumsikan bahwa SABDO PALON dan NAYA GENGGONG adalah mahluk superior pilihan Tuhan guna menjadi PAMOMONG RAJA MAJAPAHIT ???
Jawabannya
MUNGKIN DAPAT DIANGGAP DEMIKIAN,KARENA INI HAMPIR MIRIP DENGAN SISTEM LEADERSHIP YG DIKISAHKAN NABI DAN ROSUL (UTUSAN MULIA TUHAN)
Alasannya :
JUJUR(amanah), BENAR(shidiq), CERDAS(fathonah), MAMPU MENYAMPAIKAN DENGAN TEPAT DAN AKURAT(tabligh), MEMAHAMI HUKUM SEMESTA, TEGUH MENYUARAKAN KEBENARAN, PANDAI WALAUPUN BUTA HURUF(ummiyun), BERASAL DARI RAKYAT KEBANYAKAN, TIDAK SILAU HARTA BENDA MAUPUN JABATAN MESKIPUN DEKAT PENGAMBIL KEPUTUSAN .....
jelas hanya mahluk pilihan yang mampu menduduki derajat ini, dan hal ini merupakan esensi yg sama agar kita melahirkan jiwa jiwa Raja(khalifah) yg merahmati sekalian alam (memayu hayuning bawono langgeng/rohmatan lil’alamin)

Tapi kalau didekati secara MISTIS, bahwa SABDO PALON dan NAYA GENGGONG adalah tokoh sekaliber SEMAR atau Kanjeng Gusti Ratu Ayu KENCANASARI ......

Jawabannya tidak seperti itu kedudukannya dalam tata krama keghaiban .....
Bahkan Seseorang yang telah mencapai posisi karakter Hyang SABDO PALON dan NAYA GENGGONG itu bisa disifati gerak dan karakter spiritual SEMAR atau Kanjeng Gusti Ratu Ayu KENCANASARI dan Roh- Roh Suci yg lain untuk dapat selalu melakukan harmonisasi utk menjaga kesemestaan. Dan hal semacam ini merupakan posisi Purna Mukti Jiwatman yaitu bilamana seseorang telah mencapai derajat spiritual Suwung tan Isi memargi hayuning bawono alias posisi fana baqo billah, karena roh didalam jiwa orang yg telah mencapai derajat spiritual yg demikian akan selalu menarik semua mekanisme peran nya yg terhampar disemesta utk ikut menjadi satu kesatuan utuh tanpa gerak pikiran sang pribadi namun atas kuasa keadaan yg spontan dan utk selalu mencairkan suasana menuju kemanfaatan yg maksimal.

Om awignam Astu namo sidham
Semoga semua makhluk berbahagia

Semoga kita dapat kembali kepadaNya dgn utuh tanpa kemelekatan rahsa, karena rahsa harus benar benar dikorbankan untuk menuju hakikat suwung yg sejati, amin ya robbal alamin

Selasa, 27 Maret 2018

Wahyu Sirno Ilang KertaningBumi
By Wahyudi Pratama Suta

Filsafat Majapahit dimana saat Prabu Brawijaya V berkuasa, yg ditulis dlm sastra Mpu Prapanca merupakan sastra tinggi penuh makna substansial dan berdasar ilmu candra sengkala ( metodologi pembacaan tahun jawa ) Sirno(0) Ilang(0) Kertaning(4) Bumi(1) merupakan hakikat nilai yaitu 0041 dan dibalik menjadi tahun +1400 yg menjadi tanda Keruntuhan Kerajaan Adi Daya Majapahit yg konon menguasai berbagai Kerajaan sepanjang asia tenggara.

Didalam makna subtansi jaman yang selalu mengikuti garis perputaran alami RODA WAKTU SEMESTA, Raja Brawijaya V tak kuasa menolaknya, mengerti tak mampu berbuat banyak karena itu adalah Kehendak Hyang Widhi Wasa. Berbagai keadaan dimasa itu merupakan suratan takdir yg harus dijalani oleh segenap masyarakat dijamannya.
Dimana jaman edanpun berlaku disaat itu yg difilsafatkan anak anak sang prabu brawijaya V yg tega durhaka melawan ayahnya sendiri dengan memberontak dengan adanya Perang paregreg yg mereka hanya disibukkan oleh adanya ambisi dan kekuasaan. Mereka lupa akan hakikat dirinya menjadi manusia ksatria yg memelihara semesta.

Tak banyak yg dilakukan oleh Sastrawan Mpu Prapanca untuk mencatat semua kejadian dijaman Sirno Ilang Kertaning Bumi sebagai manifestasi terbaliknya keadaan mental dan psikis beserta evolusinya keadaan pola pikir dan jiwa yg selalu trus berkembang.
Bagi saya Pribadi Mpu Prapanca merupakan gelar filsafat bagi seseorang yg belum menemukan kesejatiannya yaitu manusia yg masih dalam penempaan (MPU) sedangkan PRA (sebelum) PANCA ( lima hakikat) seorang bergelar brawijaya V ( mekarnya 4 elemen dalam 1 Pancer ) sehingga mampu mendengarkan suara hatinya yg dipersonifikasikan dengan Sabdo Palon Noyo Genggong.

Perubahan Jaman Ke Jaman adalah Mutasi secara sistemik terhadap Minda dan Kecerdasan beserta tingkat intelektual secara macro dan micro serta sistemik, sebagaimana perubahan itu trus berlangsung tanpa dapat dikendalikan oleh siapapun, bahkan oleh Seorang Raja sekelas Brawijaya V diera terakhirnya.

Wahyu Sirno(0) Ilang(0) Lebur(0) Dwijabumi(2) berlaku kembali ditahun 2000 yg ditandai dengan adanya Y2K perubahan system kalender global terhadap komputerisasi dunia dan juga ditandai 2 adanya kekuatan besar yg saling Pro dan Kontra dijamannya yaitu Orde Baru vs Reformasi dan berbagai pertikaian perang Saudara yg sangat memilukan dengan beberapa perang mengatasnamakan demokrasi seperti korban semanggi dan penculikan mahasiswa.
Krisis moneter dibeberapa Negara berkembang dan Negara adidaya menjadi pemicu keadaan krisis kepercayaan dan ekonomi global yg benar-benar membuat segala sesuatu menjadi carut marut.
Bahkan setiap tahun - tahun yg mengandung nol kembar dibelakangnya merupakan hal hal yg bersifat kehancuran menuju keadaan baru 1600, 1800, 1900 adalah transisi seratus tahunan perkembangan jiwa dan proses minda dengan sistemik.

Dan itu bukanlah hal yg bersifat maya ataupun gaib namun suatu hal yg realistis dimana sejarah akan selalu mencatat transisi peradaban itu dengan berbagai bentuk sastra yg bersifat tulisan ataupun prasasti sebagaimana kejadian Bom Bali 12 oktober2002 yg terjadi dikuta yg sangat memilukan.
Bencana alam yg terjadi dimana mana banjir, gunung meletus, tsunami dll merupakan karakteristik alamiah yg harus kita lewati bersama, inilah jaman kaliyuga atau jaman edan atau jaman kwalik atau jaman Adil atau jaman Rojo Kembar dan berbagai sebutan lainnya, sebagaimana yg pernah terjadi di era kerajaan majapahit dan kerajaan lainnya.
Dua kekuatan besar saling bertemu untuk memperebutkan benar dan salah sebagaimana filsafat lemah jowo kepunggel dadi loro ( tanah jawa terbelah jadi dua) merupakan filsafat yg sangat dalam makna dimana sistemik keadaan kesadaran pola pikir kita terbelah menjadi dua dan itu terbukti saat pilpres 2014 lalu dimana kedua Calon menyatakan diri adalah Pemenang. Bahkan Hampir semua Organisasi Partai politik terpecah menjadi 2 begitu juga dengan Organisasi Sosial Masyarakat yg ada. Dimana dua keadaan yg dibenturkan seperti moda online vs moda konvensional, dagang online vs dagang offline, inilah hakikat perang 2 saudara itu sendiri, dimana 2 pola pikir beda dipertemukan utk berebut benar dan salah.

Inkonsistensi dan konsistensi menjadi ajang perdebatan panjang dengan saling menghujat disana sini saling mendiskreditkan sisi satu dan lainnya. Inilah Jaman Arya Dwipangga jaman Pemurnian terhadap Energy Air dan Energy Panas secara global dan ini bukan hanya terjadi ditanah air Indonesia saja, dan ini melanda seluruh dunia dengan perebutan ambisi dan kekuasaan.

Bondan kejawan demikianlah sastra yg hendak menegur dengan halus anak anak bangsa ini untuk dapat berpikir lebih bijaksana agar 2 arus yg saling mendewakan kepentingan akan baik dan buruk tidak menjadi bumerang terhadap mereka sendiri, Om Santih Santih Santih Om dumugi Langgeng Memayu Hayuning Bawono.

Tulisan ini bersifat wacana dan pola pandang saya pribadi, mohon maaf bila ada ketersinggungan dan kekurangan atas penyampaiannya, karena saya sadar, saya tidaklah sempurna, namun hatiku tulus untuk menyampaikannya, Salam Rahayu