Cari Blog Ini

Sabtu, 07 April 2018

HAKIKAT BRAWIJAYA V dan SABDO PALON NOYO GENGGONG

BY WAHYUDI PRATAMA SUTA
07 April 2018

Penjabaran Samudra Batin Pribadi yg Harmoni antara perjalanan niskale pribadi dgn data literasi ilmiah terakhir yg ada, saya menyuratkan suatu hal singkronisasi tentang keadaan Raja Majapahit ke V yg bergelar Prabu BRAWIJAYA V dengan abdi kinasihnya yg bergelar Sabdo Palon Noyo Genggong, semata mata agar kita terbebas dari delusi dan ilusi maya yg kerap menghimpit batasan akal pikiran dan tak dapat dicerna secara seimbang. Semoga dgn adanya tulisan saya ini mampu memberi penggambaran dan penjelasan kesastraan kepada subtransi (pesan sastra) yg semestinya.

Gelar Brawijaya V sbg Raja Majapahit terakhir yg memiliki nama asli Aryo Wiro Aji bertrah NgestiNingrat (nama ini didapat dari pengalaman niskale pribadi), sosok Raja ini pun secara tersurat memang ada.
Namun secara tersirat Prabu Brawijaya V merupakan gelar yg disematkan atas pencapaian karakter spiritual beliau secara niskale yg diwujudkan melalui bentuk sastra di eranya.

Prabu berasal dari kata Prabuan dimana seorang Raja memakai kata ini dimaksudkan bahwa Raja telah memiliki Jiwa Kelembutan seorang ibu dan telah melewati berbagai macam peristiwa yg dilalui olehnya sehingga dikatakan prabuan seperti kayu yg terbakar sampai menjadi abu, dan itu merupakan bahasa metafora penyingkat kalimat dan keadaan di tingkat kualitas ilmu dan intelektual dijamannya (output ESQ dijamannya). Kata prabuan tak beda jauh dengan makna kata ya latifah dlm sastra kata bahasa arab yg juga memiliki arti kelembutan.

Brawijaya V berasal dari kata Bhre atau Bhra yang brarti terbuka dan telanjang, sedangkan wijaya V merupakan nama bunga yg telah mekar dengan indah berdaun V, filsafat ini memiliki hakikat makna pencapaian spiritualitas seseorang yg telah mampu mengerti akan kehidupan yg tercipta atas 4 elemen (air, api, tanah, udara) menjadi 1 kesatuan yg utuh pada dirinya.
Dan didalam prilakunya seseorang telah mampu mengendalikan 4 elemen terpenting dalam 1 pancer yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman dan perkataan dalam 1 kesadaran pola pikirnya dengan utuh. Atau 4 sisi yg menyatu ibarat symbol ka’bah dimekkah, begitu juga 5 hari pasaran jawa yg mengadopsi 5 unsur yaitu legi, pahing, pon, wage, kliwon, atau timur, selatan, barat, utara dan tengah. Dan masih banyak lagi detail dari makna filsafat Prabu brawijaya V itu sendiri.

Sedangkan Sabdo Palon Noyo Genggong yg disimbolkan dengan personifikasi Abdi dari Prabu Brawijaya V itu sendiri menegaskan ruang subtansi pada keadaan jiwa beliau sendiri yg selalu mengabdi kepada SABDA NURANI HATINYA SEBAGAI KETETAPAN DAN TITAH YG LANGGENG DAN ABADI. Dimana kata Sabda berarti Keadaan Rahsa Nurani, sedangkan Palon adalah ketepatan dan ketetapan serta akurasi titah yg harus dilakukannya dengan cermat, Naya berarti abdi didalam jiwa kepatuhan dan ketaatan yg Langgeng selamanya. Filsafat pesan yg terkandung didalam sastra sosok sabdo palon nooyo genggong ini tak beda jauh dengan sastro jendro hayuningrat pangruwataning diyu ataupun al quran qodim didldm sastra bahasa arab, yaitu suara hati nurani yg memiliki presisi ketepatan dan ketetapan yg mutlak dan abadi TERHADAP DUALITAS HUKUM AKSI REAKSI. Dan dapat dikatakan juga bahwa Sabdo Palon Noyo Genggong merupakan Sabda Nurani yg cermat mengambil setiap keputusan dengan memperhitungkan hokum sebab akibat alam semesta yg ada sehingga selalu hasilnya adalah kemanfaatan yg mayoritas pada keadaan yg sedang terjadi.

SABDO PALON dan NAYA GENGGONG yang pertama kali ada adalah di era kepemimpinan SRI TRIBHUWANATUNGGADEWI MAHARAJASA JAYAWISNUWARDHANI.

Bisa dibuktikan di petilasan beliau (Situs BHRE KAHURIPAN) di dusun Klinterejo, Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, disana selain petilasan Maha Rsi MAUDARA juga akan anda temukan petilasan (berupa "palInggIhan" atau batu tempat duduk) dari dua abdi kinasih : SABDO PALON dan NAYA GENGGONG ini.

Sabdo Plaon noyo genggong merupakan konsep struktural kenegaraan di era itu, dan hal yang sama juga di warisi oleh raja-raja era berikutnya di Majapahit, itulah sebabnya banyak sekali tersebar petilasan yang berkonotasi SABDO PALON dan NAYA GENGGONG.  

Bila didekati secara spiritual, ada pertanyaan :
Apakah dapat diasumsikan bahwa SABDO PALON dan NAYA GENGGONG adalah mahluk superior pilihan Tuhan guna menjadi PAMOMONG RAJA MAJAPAHIT ???
Jawabannya
MUNGKIN DAPAT DIANGGAP DEMIKIAN,KARENA INI HAMPIR MIRIP DENGAN SISTEM LEADERSHIP YG DIKISAHKAN NABI DAN ROSUL (UTUSAN MULIA TUHAN)
Alasannya :
JUJUR(amanah), BENAR(shidiq), CERDAS(fathonah), MAMPU MENYAMPAIKAN DENGAN TEPAT DAN AKURAT(tabligh), MEMAHAMI HUKUM SEMESTA, TEGUH MENYUARAKAN KEBENARAN, PANDAI WALAUPUN BUTA HURUF(ummiyun), BERASAL DARI RAKYAT KEBANYAKAN, TIDAK SILAU HARTA BENDA MAUPUN JABATAN MESKIPUN DEKAT PENGAMBIL KEPUTUSAN .....
jelas hanya mahluk pilihan yang mampu menduduki derajat ini, dan hal ini merupakan esensi yg sama agar kita melahirkan jiwa jiwa Raja(khalifah) yg merahmati sekalian alam (memayu hayuning bawono langgeng/rohmatan lil’alamin)

Tapi kalau didekati secara MISTIS, bahwa SABDO PALON dan NAYA GENGGONG adalah tokoh sekaliber SEMAR atau Kanjeng Gusti Ratu Ayu KENCANASARI ......

Jawabannya tidak seperti itu kedudukannya dalam tata krama keghaiban .....
Bahkan Seseorang yang telah mencapai posisi karakter Hyang SABDO PALON dan NAYA GENGGONG itu bisa disifati gerak dan karakter spiritual SEMAR atau Kanjeng Gusti Ratu Ayu KENCANASARI dan Roh- Roh Suci yg lain untuk dapat selalu melakukan harmonisasi utk menjaga kesemestaan. Dan hal semacam ini merupakan posisi Purna Mukti Jiwatman yaitu bilamana seseorang telah mencapai derajat spiritual Suwung tan Isi memargi hayuning bawono alias posisi fana baqo billah, karena roh didalam jiwa orang yg telah mencapai derajat spiritual yg demikian akan selalu menarik semua mekanisme peran nya yg terhampar disemesta utk ikut menjadi satu kesatuan utuh tanpa gerak pikiran sang pribadi namun atas kuasa keadaan yg spontan dan utk selalu mencairkan suasana menuju kemanfaatan yg maksimal.

Om awignam Astu namo sidham
Semoga semua makhluk berbahagia

Semoga kita dapat kembali kepadaNya dgn utuh tanpa kemelekatan rahsa, karena rahsa harus benar benar dikorbankan untuk menuju hakikat suwung yg sejati, amin ya robbal alamin

Tidak ada komentar: