Buku Ganachakra
TERATAI EMAS
Meditasi Ganesha
- Badan dalam keadaan bersih minimal cuci muka, tangan dan kaki,
pakai pengharum badan/parfum
- Nyalakan dupa, kemenyan atau lilin aroma therapy.
- Point 1 dan 2 ini tidak mutlak (bisa diabaikan) akan tetapi lebih
bagus dilakukan karena akan menambah keheningan/kesucian pikiran dan
suasana
- Duduk tegak dan rileks
Rilekskan
seluruh tubuh tanpa ada satu bagianpun yang tegang
- Ucapkan Ganesa Gayatri dan Guru Puja dalam hati sambil
membayangkan Dewa Ganesa berdiri/duduk dihadapan kita
- Tarik napas panjang dan halus dari hidung sambil mengembungkan
perut (ucapkan dalam hati ANG).
Rasakan
energi Ibu Pertiwi/Durga Maheswari masuk bersama napas untuk memberi
energi/makanan halus kepada seluruh tubuh.
- Keluarkan napas panjang dan halus dari hidung sambil mengempeskan
perut (ucapkan dalam hati AH).
Rasakan
energi Bapa Akasa/Siwa Mahaguru keluar bersama segala kekotoran, karma negatif,
kesialan hidup, penyakit, dsb. Energi Bapa Akasa bersifat melukat/membersihkan
tubuh lahir batin .
- Lakukan Langkah 6-7 (pernapasan bayi/perut) selama kurang lebih
21-33 putaran (gunakan genitri/tasbih) atau sampai badan merasa
rileks/melayang.
Bayangkan
Dewa Ganesa memberi anugerah dari tangannya berupa sinar warna putih kekuningan
seperti sinar matahari, yang menyinari seluruh tubuh, membersihkan segala
kekotoran, penyakit, karma negatif, kesialan hidup, melenyapkan kemiskinan dan
penderitaan hidup, melenyapkan semua rintangan, menghapus segala dosa.
- Bayangkan tubuh betul-betul bersih lahir batin oleh sinar suci
Beliau. Bayangkan Dewa Ganesa masuk kedalam badan menempati seluruh ruang
badan, karena pada hakekatnya Beliau menempati seluruh ruang ciptaannya
baik makrokosmos maupun mikrokosmos.
- Bayangkan kekuatan Ibu Pertiwi/Ibu Dewi Kundalini berwujud sinar
berwarna Kuning naik dari Muladhara Cakra menuju Ajna Cakra tempat bertemu
dengan kekuatan Bapa Akasa/Siwa Mahaguru yang berwujud sinar berwarna
Putih dari atas kepala.
- Bayangkan kedua kekuatan ini menyatu menjadi bulatan sinar berwara
putih kekuningan/keemasan (ucapkan dalam hati AUM).
- Bayangkan sinar ini membakar/membersihkan segala kekotoran,
penyakit, karma negatif, dosa-dosa, dll agar diri kita bersih lahir batin
mulai dari kepala kemudian bergerak turun menuju leher, tangan kanan, kembali
ke leher, tangan kiri, kembali ke leher, dada, ulu hati, perut, kemaluan,
dubur, kaki kanan, kembali ke dubur, kaki kiri, kembali ke dubur, menuju
tulang ekor naik melewati sepanjang tulang belakang menuju puncak
kepala/sahasrara cakra.
- Bayangkan sinar itu memendar ke empat penjuru membentuk tanda (+) atau tapak dara, perkecil sinar tapak
dara itu lalu tempatkan di Ajna Cakra.
- Ucapkan dalam hati aksara suci AUM secara terus menerus sampai
dalam keadaan sadar dan tidak (keadaan hening tanpa kata dan pikiran – Samadhi)
- Sadarkan diri kepada keadaan semula sambil mengembangkan sinar itu
menjadi semakin besar dengan ucapan AUM didalam hati. Biarkan sinar itu
terus membesar sampai menutupi seluruh badan.
- Dengan tetap mengucapkan AUM sadari sinar itu terus membesar
memenuhi alam semesta keempat penjuru lalu kesegala penjuru sampai tak
terbatas. Sinar itu sekarang adalah diri sendiri dan diri sendiri adalah
sinar itu. Sang Diri yang telah menyatu dengan sinar AUM, menyatu pula
dengan alam semesta dan kekuatan asal dari Pranawa AUM yaitu Brahman Sang
Pencipta yang meliputi segala ciptaan-Nya.
- Biarkan Sang Diri menyatu dengan kekuatan Maha Agung Sang Pencipta
dengan sendirinya tanpa campur tangan pikiran. Yang ada hanyalah gema
suara AUM memenuhi ruang dan waktu.
- Kembalikan kesadaran dengan dipenuhi rasa kebahagiaan, suka cita,
kasih sayang, bebas dari dualisme baik-buruk, susah-senang, hati dan
pikiran dalam keadaan netral ditengah hiruk pikuk kekotoran duniawi.
Anggap Sang Diri seperti sebuah bunga teratai yang muncul jauh diatas
permukaan air menyongsong kesucian sang Surya, berdiri diatas daun yang
mengambang di air kehidupan yang kadang tenang kadang bergelombang, kadang
npa kata dan pikiran – Samadhi)
- Kembalikan kesadaran dengan dipenuhi rasa kebahagiaan, suka cita,
kasih sayang, bebas dari dualisme baik-buruk, susah-senang, hati dan
pikiran dalam keadaan netral ditengah hiruk pikuk kekotoran duniawi.
Anggap Sang Diri seperti sebuah bunga teratai yang muncul jauh diatas
permukaan air menyongsong kesucian sang Surya, berdiri diatas daun yang
mengambang di air kehidupan yang kadang tenang kadang bergelombang, kadang
keruh kadang jernih, dengan akarnya yang mencari makanan untuk menunjang
hidup dengan menancap kokoh didasar kehidupan duniawi penuh lumpur dan
kekotoran.
- Akhiri dengan ucapan Terimakasih Tuhan Aum Asthungkara ya namah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar