Cari Blog Ini

Rabu, 23 Agustus 2017

Falsafah Petilasan Siti Inggil, Desa Bejijong, Trowulan, Jawa Timur


Penulis : Wahyudi Pratama Suta

Leluhur  Jawadwipa memberikan tetenger dan falsafah yg tinggi dengan kearifan lokal mereka saat itu, sebuah jejak napak tilas perjalanan spiritualpun diungkapkannya dengan membuat prasasti makam siti inggil di desa bejijong, Trowulan, Jawa Timur.  Namun sebagian masyarakat awam mempercayai bahwa siti inggil merupakan tempat peristirahatan terakhir leluhur mereka.

Namun tidak bagi saya, saya membaca kearifan lokal leluhur jawa terutama leluhur Majapahit hendak memberikan sebuah peringatan, kabar gembira dan petunjuk tentang ruang kesejatian hidup manusia seutuhnya melalui Prasasti Siti Inggil.

Siti Inggil merupakan bahasa jawa, dimana Siti berarti Tanah dan Inggil berarti Tinggi dlm bahasa indonesia, dan hal ini memiliki korelasi yg benar benar seksama tentang awal penciptaan manusia didalam kitab suci umat muslim, bahwa Adam terbuat dari tanah dan Adam adalah derajat makhluk yg lebih tinggi daripada makhluk lain karena diberikannya daya Tuhan yg mampu menilai dualitas baik buruk dan menimbangnya mana yg lebih bermanfaat yg dalam bhs arab adalah Ruh Al Aqal dan Ruh Al Furqon.
Maka bisa diidentikkan bahwa Siti Inggil merupakan filsafat adab budaya Majapahit yg menunjuk bahwa manusia diciptakan derajatnya lebih tinggi dari pada makhluk lain.



Siti adalah Tanah ; Adam adalah Tanah
Inggil adalah Tinggi ; Ruh Al aqal dan Ruh Al Furqon adalah Tinggi
Tinggi merupakan sebuah derajat yg diberikan kepada manusia alias Derajat insan kamil, sempurna diatas semua makhluk, karena disinari kemampuan Tuhan untuk mrnggunaka dan memutuskan asas faedah dlm pelayanan hidupnya.

Di dalam petilasan Siti Inggil terdapat 5 makam utama diantaranya adalah

1.         Berziarah Makam Kertarajasa Jayawardana I alias Raden Wijaya alias Brawijaya I
Berziarah adalah menghadiri tempat / menghadirkan diri pada tempat
Gelar ini menujukkan pada daya utama manusia untuk menuju kemakmuran dan kejayaan hendaklah berbakti kpd pengaktifan Daya Gerak, Daya Sifat dan Daya Faedah. 
Maknanya :
Raden Wijaya I adalah kalimat lain ( tetenger versi leluhur jawa ) untuk menunjuk kpd ruang kesejatian Ruh Suci atau Titisan Ruh Tuhan pada setiap diri manusia yg hidup disemesta bumi ini.

2.       Berziarah Makam Garwo Padmi Gayatri
Berziarah adalah menghadirkan diri pada tempat;
Garwo (beristrikan/menikahi/kawin) ;
Padmi (terate/kemuliaan pembeda dualistik /Al furqon) ;
Gayatri ( Jiwa Keibuan yg welas asih) makna sejati dari mantram gayatri atau makna sejati dari al fatehah dikitab muslim;
Maknanya :
bahwa kita menghadirkan diri dengan menikahi kemuliaan Tuhan di Ruang dualistik dan mampu membedakan baik dan buruk untuk diambil asas faedah yg terbanyak dengan kasih sayang dlm aktifitas harian.

3.       Berziarah Makam Garwo Selir Ndoro Pethak
Berziarah adalah menghadirkan diri pada tempat;
Garwo (beristrikan/menikahi/kawin) ;
Selir ( meminjam ); Ndoro ( juragan ); Pethak ( putih )
Maknanya :
bahwa kita menghadirkan diri dengan menikahi yg meminjam ajaran sang juragan yg putih yaitu ajaran putih, ajaran kesucian alias jiwa mutmainah yg merupakan jiwa kedamaian di dalam diri sebagai ajaran terdepan manusia.

4.       Berziarah Makam Garwo Selir Ndoro Jinggo
Berziarah adalah menghadirkan diri pada tempat;
Garwo (beristrikan/menikahi/kawin) ;
Selir ( meminjam ); Ndoro ( juragan ); Jinggo (orange/oranye/nilai budi daya luhur);
Maknanya :
bahwa kita menghadirkan diri dengan menikahi yg meminjam ajaran sang juragan yg orange yaitu nilai budi daya luhur yg membumi alias nilai nilai kebudaan dlm era majapahit dan dalam bahasa muslim adalah nilai - nilai akhlaqul karimah atau memuhammadkan diri

5.       Berziarah Makam Abdi Kinasih Kaki Regel
Berziarah adalah menghadirkan diri pada tempat;
Abdi adalah pelayan
Kaki adalah langkah perjalanan
Regel adalah bilah bambu sbg dinding vertikal alias hubungan vertikal pelayan dan tuhan
Maknanya :
Bahwa kita menghadirkan diri pada jiwa pelayan(hamba/abdi) sbg langkah perjalanan hidup hubungan vertikal hamba dengan Tuhannya dalam suatu harmoni kesemestaan

Prasasti Siti Inggil merupakan perjalanan napak tilas ( jejak perjalanan yg ditinggalkan ) sbg tetenger ( pengingat ) anak cucu sungguh sangat dalam akan makna untuk menuju sebuah Kehidupan Umat Manusia dlm peradaban yg makmur dan sentausa.

@wps23082017/10.15wib







Tidak ada komentar: