Cari Blog Ini

Minggu, 24 Desember 2017

CERDAS BAHASA ANTARA PENGALAMAN GAIB DAN NYATA YG MENYATU

Reinkarnasi Di Dalam Alquran Dan Hadis

Pada hakikatnya kita hidup di dunia ini bukan hanya sekali. Kita telah mengalami mati-hidup, mati-hidup berulang kali. Kehidupan yang kita jalani sekarang adalah bagian dari kehidupan masa lalu. Sebelum hidup yang sekarang, kita pernah hidup dikehidupan masa lalu di dunia ini. Hidup yang sekarang ini adalah balasan atas perbuatan dari kehidupan yang lalu. Dan kini kita kembali lagi ke dunia dengan membawa jasad baru. Peristiwa menitisnya jiwa dari kehidupan yang lalu biasa disebut dengan reinkarnasi.

Paham reinkarnasi mungkin masih asing di telinga sebagian kita. Atau mungkin juga kita tidak mau tahu, karena yang kita tahu itu bukan ajaran Islam.
Namun, sebenarnya jika kita jeli membaca kitab suci Alquran, maka banyak kita temui ayat yang bicara tentang reinkarnasi. Di sini saya akan jelaskan secara ringkas ayat-ayat yang bicara tentang reinkarnasi tersebut.

"Mengapa kalian kafir kepada Allah? Padahal tadinya kalian itu MATI, lalu Dia MENGHIDUPKAN kalian. Kemudian Dia MEMATIKAN kamu, dan DIHIDUPKANNYA kembali. Baru setelah itu DIKEMBALIKAN kepada-Nya!" Al-Baqarah: 28.

Coba perhatikan dengan seksama ayat tersebut.
Ayat tersebut bercerita tentang orang kafir, yang diberikan kesempatan untuk hidup. Mengalami kematian dan mengalami kehidupan yg berulang, lalu setelah itu dikembalikan kepada-Nya.

Banyak tafsir yang menyebutkan bahwa DIHIDUPKAN KEMBALI itu sama dgn bangkit dari kubur. Padahal di situ ada ayat mati-hidup, mati-hidup.
Sedangkan DIKEMBALIKAN KEPADANYA disamakan dgn kembali ke surga atau neraka. Yg namanya dikembalikan kpd-Nya atau kembali kpd-Nya, ya betul - betul kembali kepada Tuhan. Bukan ke surga atau neraka.

Kemudian perhatikan ayat berikutnya,
"Dan, Allah telah MENCIPTAKAN kamu, kemudian MEMATIKAN kamu, di antara kamu ada yg DIKEMBALIKAN kpd tingkatan HIDUP yang paling LEMAH, sehingga tidak mengetahui lagi apa-apa yg PERNAH diketahuinya." Al-Nahl: 70.

Ayat tersebut sangat jelas! Di antara kamu ada yg DIKEMBALIKAN kpd tingkatan hidup yg paling lemah!
Tetapi, banyak penafsir yang memberi catatan kecil atau dalam kurung "dikembalikan ketingkatan hidup yg paling lemah" sama dengan tua renta. Sudah tahu ayatnya berbunyi DIKEMBALIKAN, yg namanya dikembalikan itu berarti sudah melalui proses "pulang". Kalau orang tua renta itu belum pulang. Masih proses berjalan hidup.
Dan mana ada orang tua renta itu mengalami tahap kehidupan yg paling lemah! Yang paling lemah itu ya bayi!

Lalu banyak penafsir juga mengartikan "tidak mengetahui sesuatu terhadap apapun yang pernah diketahui" disebut pikun.
Mana ada orang yang pikun tidak mengetahui sesuatu pun?
Tidak tahu sesuatu pun ya bayi! Sementara bahasa Arab untuk "pikun" yaitu "mukharrif" atau "kharif". Lemah akal.

Bahkan dalam surat Yasin: 68. Diungkapkan lebih gamblang lagi,

"Barang siapa yang kami PANJANGKAN umurnya, niscaya kami KEMBALIKAN dia ke penciptaan awal. Apakah mereka tidak memikirkan?"

Lihat, betapa tegasnya ayat tersebut! Orang yang dipanjangkan umurnya, pasti DIKEMBALIKAN pada penciptaan awal atau kejadiannya.
Penciptaan awal itu bukan tua! Penciptaan awal itu bayi!

Jika dipanjangkan umurnya itu tua, tidak ada jaminan menjadi lemah. Tidak ada keniscayaan nantinya dia pikun. Banyak orang yang sudah tua renta masih kuat dan tidak pikun.

Coba simak surat An-Nahl: 78.
"Dan,Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak MENGETAHUI sesuatu pun. Kemudian Allah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan fuad agar kamu bersyukur".

Jelas sudah, yang tidak mengetahui sesuatu pun itu ya bayi. Bukan orang yang sudah tua renta!

Kemudian suar An-Nisa: 56.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan kami masukan mereka ke dalam api. Setiap kulit mereka hangus, kami ganti dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana."

Ini ayat metafor atau ayat penuh misteri. Setiap ayat di dalam kitab suci Alquran diartikan sesuai dengan tinggi rendahnya pemikiran spiritual seseorang. Karena banyak ayat di dalam Alquran itu penuh dengan kiasan! Dan tidak bisa diartikan sesuai dengan abjad bahasa Arab. Dan untuk mencapai peningkatan spiritual tidak cukup dengan menghafal ayat dan hadis saja. Tetapi pengetahuan spiritual bisa meningkat bila seseorang mau melakukan perjalanan hidup sejati. Perjalanan hidup yang telah diwariskan oleh para Nabi utusan Allah. Yaitu, makrifatullah.

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami", artinya bukan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat di dalam kitab suci Alquran. Atau orang yang di luar agama Islam. Tetapi orang-orang yang tersesat yang tidak mau berbuat kebenaran dan menolak perjumpaan dengan Tuhan.

"Sehingga kelak akan kami masukan mereka ke dalam api". Api atau biasa diartikan sebagai neraka, hanyalah sebuah kiasan atau perumpamaan dari perasaan yang tidak pernah tenang. Orang yang berada di neraka itu tidak pernah tenang, selalu gelisah, dan penuh dengan penderitaan.

"Setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti dengan kulit yang lain, atau yang baru, supaya mereka merasakan azab!" Ini juga ayat metafor.
Tuhan tidak membuat sebuah kesimpulan yang sederhana. Setiap firman yang disampaikan Tuhan selalu mengandung makna yang sangat dalam dan penuh pesan MENDIDIK.
Tuhan memberi hukuman atau pelajaran kepada hambaNya tidak sama seperti orang yang bermain sulap. Dibakar kulit mereka lalu diganti lagi dengan yang baru. Dibakar lagi, diganti lagi dengan yang baru. Dibakar lagi, lalu diganti lagi. Tidak demikian!
Ayat di atas menjelaskan orang yang hidup kembali dengan kulit yang baru. Atau dikembalikan menjadi bayi. Reborn atau reembodiment.

Kemudian ayat berikutnya ditutup dengan kalimat, "Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana".
Nah, apanya yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana kalau cara Tuhan memberi pelajaran kpd hambaNya sama dgn cara-cara manusia?

Ketika Tuhan memberi hambaNya azab tidak berarti Tuhan memberi penyiksaan yg terus menerus. Tidak demikian! Tuhan bukan tukang siksa. Tetapi siksaan dan penderitaan tersebut datang dari diri orang itu sendiri. Makanya setiap ayat yg berhubungan dgn hukuman atau azab selalu menggunakan kalimat KAMI. Bukan AKU. Itu menunjukan bahwa orang yang tersiksa itu dihukum oleh dirinya sendiri.
Tuhan itu Maha Bijaksana, sehingga Beliau tahu bagaimana memberi pelajaran dan mendidik kpd hamba-hambaNya yg tersesat.

Perhatikan surat Al-Mulk: 1-2.
"Maha Suci Tuhan yg memiliki segala kerajaan. Dan, Dia berkuasa atas segala sesuatu. Dialah yg telah menciptakan mati dan hidup bagimu. Dgn cara itu Dia melakukan PEMBELAJARAN terhadapmu, utk memberi nilai bagi siapa yg lebih baik amalannya. Tuhan Maha Perkasa dan Maha Melindungi."

Sengaja kalimat "pembelajaran" saya tulis dgn hurup tebal. Sering kata ini diterjemahkan oleh penafsir secara sederhana menjadi "menguji". Kata "menguji" menunjukkan bahwa Tuhan belum mengetahui kualitas hambaNya. Maha Suci Tuhan dari terjemahan yg demikian ini.
Padahal Tuhan itu Maha Mengetahui sebelum menciptakan hambaNya. Dia Maha Mengetahui kesudahan hambaNya. Lalu buat apa "diuji" segala.
Memang salah satu kata "liyabluwakum" dlm ayat tersebut diartikan adalah supaya Dia menguji kalian, mengetes, tetapi ada makna lain dlm kata tersebut, yaitu to make someone experienced, membuat seseorang berpengalaman. Tujuannya utk meningkatkan derajat spiritualnya, termasuk peningkatan kemampuan dirinya. Jika seseorang tdk pernah mengalami mati dan hidup, dia tdk akan mengalami kemajuan. Dunia pun tak akan mengalami perubahan.

Bagi agama-agama di Timur, non Arab, agama-agama yg tumbuh di India, Tibet, Cina, Jepang, dan di Kepulauan Nusantara, reinkarnasi bukan lagi sebagai hal yg aneh. Reinkarnasi bukan dipahami sebagai kepercayaan atau keimanan, tapi sebagai HUKUM ALAM.  Pemahaman terhadap hukum alam ini membuat masyarakat tdk berani utk berbuat merugikan orang lain.

Kemudian kepercayaan terhadap reinkarnasi itu mulai menghilang seiring munculnya ajaran Islam yg dari Arab. Umumnya, saat ini kita yg beragama Islam, Kristen, atau Yahudi, tdk percaya bahwa manusia mengalami siklus hidup dan mati berulang-ulang. Lain halnya di dunia Barat. Sumber dasar filsafat Barat adalah budaya Yunani dan Romawi. Pada kedua budaya tersebut, reinkarnasi diterima sebagai kepercayaan. Di Amerika Serikat, meskipun 90% mereka beragama Kristen. Lebih dari 50% warganya mempercayai kelahiran kembali. Kepercayaan itu tumbuh karena pesatnya kemajuan dibidang kedokteran di sana. Majunya bidang kedokteran mendorong adanya riset, penelitian, tentang pengalaman menjelang ajal, atau pengalaman di balik kematian. Juga mendorong tumbuhnya terapi psikologi dgn membangkitkan pengalaman - pengalaman dlm beberapa kali kehidupan sebelumnya.

Beberapa filsuf Yunani kuno Plato yg hidup pada abad ke 5-4 SM percaya bahwa jiwa tdk pernah mati, dan mengalami reinkarnasi berkali-kali. Termasuk Socrates dan Voltaire, mempercayai adanya kelahiran kembali.

Pertanyaannya, kapan reinkarnasi itu berakhir?
Segala sesuatu pasti berakhir. Menurut agama Hindu, reinkarnasi berakhir bila sang manusia mengalami moksa. Menurut agama Budha kelahiran kembali tak akan terjadi lagi bila roda "samsara" telah berhenti. Sang Jiwa selanjutnya ke alam Nirwana.
Dlm kajian Islam, seseorang yg telah "berislam" tdk akan kembali reinkarnasi. Seseorang yg telah berislam di sini berbeda dgn orang yg beragama Islam. Orang yg beragama Islam itu banyak. Tapi yg benar-benar telah sampai keislaman sejati itulah yg dipertanyakan.

Kemudian umumnya, umat beragama Islam merasa bahwa reinkarnasi itu tdk diajarkan dlm Islam. Bahkan pandangan tentang reinkarnasi dianggap bidah atau sesat. Hal ini dapat dimengerti, karena reinkarnasi tdk dijelaskan secara eksplisit di dlm Alquran seperti beberapa ayat yg ditulis di atas.

Reinkarnasi itu ayat mutasyabihat. Kelahiran kembali itu diungkapkan dlm Alquran secara tersamar. Ayat-ayatnya harus dipikirkan dan direnungkan dlm-dlm. Kalau tdk dipikirkan dgn teliti, pasti akan terjerumus pada penerjemahan atau penafsiran yg menyimpang. Termasuk memahami reinkarnasi dlm hadis.

Selain ayat-ayat Alquran, petunjuk reinkarnasi itu dapat kita temukan dlm beberapa hadis. Di antaranya,

"Demi Tuhan yg jiwaku dlm genggamanNya, seandainya seseorang gugur di jln Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu gugur lagi, kemudian dihidupkan lagi, lalu gugur lagi, niscaya ia tdk dapat masuk surga sebelum melunasi utangnya," (HR Nasai)

Meskipun gugur berkali-kali, tapi bilamana belum melunasi utangnya, ia tak akan masuk surga. Perhatikan kata "gugur berkali-kali dan utang". Secara sederhana umat Islam menerjemahkan utang itu dlm arti utang harta benda. Tdk sepenuhnya benar! Yg jelas, utang harta benda itu bagian dari utang lerbuatan (karma).
Pada kalimat di atas tdk dinyataka "kecuali jika ada utang, keluarganya melunasi". Kalimat ini tdk ada. Yg ada, justru menegaskan bahwa yg gugur itulah yg melunasinya. Karena seseorang tdk menanggung beban atau dosa orang lain. Setiap orang akan menanggung dosanya sendiri. Itulah yg dijelaskan di berbagai ayat Alquran.

"Orang yg berutang itu dibelenggu dlm kuburnya, tiada yg dapat melepaskannya selain ia membayar utangnya," (HR Dailami)

"Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yg tdk dapat ditutupi oleh salat, puasa, haji, dan umrah. Yg dapat menutupinya hanyalah duka-cita (kesulitan) dlm hidup mencari rezeki," (HR Ibnu Asakir).

Hidup susah dlm mencari rezeki adalah cara utk menutupi dosa-dosa. Coba, dosa dari mana? Kalau hidup sekarang ini merupakan hidup yg pertama kali, maka tdk adil kiranya bila ada orang yg dilahirkan menderita, sengsara di kolong jembatan. Padahal Tuhan sudah menyatakan dgn tegas bahwa Beliau tdk menzalimi hamba-hambaNya.

Banyak sekali di dunia ini orang yg hidupnya menderita semenjak dilahirkan di bumi ini. Menurut hadis di atas, penderitaan itu sebenarnya utk menutupi dosa - dosanya. Dan dosa-dosa itu sendiri tdk dapat ditutupi oleh ibadah formal. Dosa yg tdk bisa dihapus dgn cara salat, puasa, umrah, dan haji. Ini tentu saja dosa yg berat. Sehingga perbuatan ibadahnya pun tdk bisa menghapusnya. Dosanya hanya terhapus bila dia dilahirkan kembali di bumi ini sebagai orang yg hidup menderita!

Di sinilah kita harus pandai memahami hakikat hidup kita di dunia ini dgn ayat-ayat yg telah disampaikan di dlm Alquran. Ayat-ayat Tuhan bukan yg ada hanya di dlm kitab suci semata. Tetapi juga ayat-ayat Tuhan merupakan perjalanan hidup manusia yg terhampar di alam semesta dari dunia sampai akhirat. Dan memahami berbeda dgn mengartikan tulisan ayat-ayat tersebut. Memahami bermakna keterampilan dlm menyikapi sesuatu dgn spiritual. Sedangkan mengartikan sebuah tulisan tergantung seberapa luas pengetahuan bahasa seseorang. Bahasa Tuhan adalah bahasa universal. Mengartikan bahasa Tuhan hanya dgn bahasanya sendiri, tdk selalu tepat.

Bahasa Tuhan adalah bahasa pemahaman. Orang yg selalu bersama-sama Tuhan maka ia akan bisa menangkap semua informasi yg datang dari Tuhan. Kemudian informasi tersebut dibahasakan sesuai dgn bahasa yg ia kuasai.
Dan setiap pemahaman selalu berkembang sesuai tingkat tinggi rendahnya pemikiran spiritual seseorang.

Salam bahagia.

Tidak ada komentar: