Cari Blog Ini

Senin, 13 November 2017

Merdeka dalam Keterbatasan ...??
Bagaimana kita mampu merdeka dalam ruang yg terbatas...??
By Wahyudi Pratama Suta
========================================================================
Inilah sebuah pertanyaan yg sering muncul dlm benak seseorang yg sedang ingin memerdekakan dirinya, merdeka adalah kata yg sangat populer dan digaungkan semenjak 1945 yg merupakan semua cita – cita manusia dan bangsa – bangsa di dunia.
....
Bagi saya pribadi merdeka itu adalah sebuah ruang penerimaan dalam batasan – batasan psikis seseorang, dimana setiap orang akan menemukan bentuk dan rupa yg berbeda dari model orientasi prilaku kemerdekaan dirinya.
.....
Saya akan mencoba memberikan cek point bagaimana merdeka dalam keterbatasan itu sendiri yg sudah barang tentu akan mengkaitkan nilai hak dan kewajiban seseorang dalam menjalankan proses kehidupannya, baik itu untuk dirinya pribadi, ataupun keluarga dan lingkungannya.
....
Dalam pekerjaan sehari hari dirumah, saya akan lebih menikmati menyapu rumah saya yg hanya berukuran 100 meter persegi daripada saya harus menyapu rumah berukuran 500 meter persegi secara sendirian ataupun menyapu lapangan sepak bola yg ukurannya sangat luas.
Bagaimana kita mampu menikmati ukuran yg lebih kecil dan kita bersuka cita mengerjakannya sementara orang yg sedang menyapu ukuran yg lebih besar mungkin lebih banyak membutuhkan tenaga dan waktu serta biaya.
....
Begitu juga saya akan lebih menikmati kehidupan saya dengan menikahi satu istri daripada lebih adalah suatu kenikmatan yg berbatas dan indah,....dimana setiap pria ingin meniduri setiap wanita yg menarik di penglihatannya dengan mendatangi komplek komplek pelacuran ataupun melakukan perselingkuhan yg sering mengakibatkan hal hal yg tidak menyamankan baik itu penyakit kelamin ataupun kehancuran hidup dan ketidakjelasan hidup yg selalu terhipnotis oleh kesenangan dan kenikmatan yg semu.
....
Merdeka dalam keterbatasan itu adalah keindahan kesadaran jiwa bahwa langkah jasmani kita ada batasan masa aktif dan usia serta langkah langkah yg berbatas dgn hak orang lain, sehingga kita memerlukan pondasi pengertian yg kuat bahwa hidup kita rentan dengan ketidaksempurnaan langkah dan dengan masa aktif yg sedikit pada masa usia hidup kita, sudah barang tentu jika kita benar benar ingin memaksimalkan peran hidup kita yg terbatas dengan kegembiraan dan suka cita tanpa beban yg berarti. Siklus hidup didunia yg dinamis acap kali membuat kita terkadang benar – benar terbius oleh gemerlapnya dunia dan kita lupa dimana letak kebahagian diri sendiri dan melepaskan sedikit demi sedikit semua bentuk kegaduhan dunia itu sendiri di kejiwaan kita.
....
Tiada Manusia yg sempurna didunia ini begitulah kerap kali difilsafatkan dalam kalimat Tiada gading yg tak retak, kita hanyalah manusia biasa yg selalu berproses untuk menuju ruang kesempurnaan dgn menyelaraskan nurani dan pikiran serta jasmani diaktifitas harian kita, namun dilematika dunia sering memaksa kita untuk berprilaku tidak memenuhi target kesempurnaan itu sendiri, karena hanya Dialah Sang Maha Daya Sempurna yg memiliki 100 prosen ruang tanpa dualitas itu sendiri, sementara kita berusaha sekuat tenaga jiwa dan raga untuk menempel ke titik yg paling atas untuk menempel kpd Sang Daya Sempurna itu sendiri dengan kebijakan – kebijakan prilaku harian kita.
========================================================================
Berproses itu tidaklah serta merta berhasil dan kita trus berjuang sampai jasad kita dikafani dan dikubur ke dalam tanah ataupun dikremasi, inilah masa aktif kita bersama jasad untuk selalu menuju kesempurnaan itu sendiri.

========================================================================

Tidak ada komentar: