Merdeka dalam Keterbatasan ...??
Bagaimana kita mampu merdeka dalam ruang yg
terbatas...??
By Wahyudi Pratama Suta
========================================================================
Inilah sebuah pertanyaan yg sering muncul dlm benak seseorang
yg sedang ingin memerdekakan dirinya,
merdeka adalah kata yg sangat populer dan digaungkan semenjak
1945 yg merupakan semua cita – cita manusia dan bangsa – bangsa di dunia.
....
Bagi saya pribadi merdeka itu adalah sebuah
ruang penerimaan dalam batasan – batasan psikis seseorang, dimana setiap orang
akan menemukan bentuk dan rupa yg berbeda dari model orientasi prilaku
kemerdekaan dirinya.
.....
Saya akan mencoba memberikan cek point bagaimana merdeka
dalam keterbatasan itu sendiri yg sudah barang tentu akan mengkaitkan nilai hak
dan kewajiban seseorang dalam menjalankan proses kehidupannya, baik itu untuk
dirinya pribadi, ataupun keluarga dan lingkungannya.
....
Dalam pekerjaan sehari hari dirumah, saya akan lebih
menikmati menyapu rumah saya yg hanya berukuran 100 meter persegi daripada saya
harus menyapu rumah berukuran 500 meter persegi secara sendirian ataupun menyapu
lapangan sepak bola yg ukurannya sangat luas.
Bagaimana kita mampu menikmati ukuran yg lebih kecil dan
kita bersuka cita mengerjakannya sementara orang yg sedang menyapu ukuran yg
lebih besar mungkin lebih banyak membutuhkan tenaga dan waktu serta biaya.
....
Begitu juga saya akan lebih menikmati kehidupan saya
dengan menikahi satu istri daripada lebih adalah suatu kenikmatan yg berbatas
dan indah,....dimana setiap pria ingin meniduri setiap wanita yg menarik di
penglihatannya dengan mendatangi komplek komplek pelacuran ataupun melakukan
perselingkuhan yg sering mengakibatkan hal hal yg tidak menyamankan baik itu
penyakit kelamin ataupun kehancuran hidup dan ketidakjelasan hidup yg selalu
terhipnotis oleh kesenangan dan kenikmatan yg semu.
....
Merdeka dalam keterbatasan itu adalah keindahan kesadaran
jiwa bahwa langkah jasmani kita ada batasan masa aktif dan usia serta langkah
langkah yg berbatas dgn hak orang lain, sehingga kita memerlukan pondasi
pengertian yg kuat bahwa hidup kita rentan dengan ketidaksempurnaan langkah dan dengan
masa aktif yg sedikit pada masa usia hidup kita, sudah barang tentu jika kita
benar benar ingin memaksimalkan peran hidup kita yg terbatas dengan kegembiraan
dan suka cita tanpa beban yg berarti. Siklus hidup didunia yg dinamis acap kali
membuat kita terkadang benar – benar terbius oleh gemerlapnya dunia dan kita
lupa dimana letak kebahagian diri sendiri dan melepaskan sedikit demi sedikit
semua bentuk kegaduhan dunia itu sendiri di kejiwaan kita.
....
Tiada Manusia yg sempurna didunia ini begitulah kerap kali
difilsafatkan dalam kalimat Tiada gading yg tak retak, kita hanyalah manusia
biasa yg selalu berproses untuk menuju ruang kesempurnaan dgn
menyelaraskan nurani dan pikiran serta jasmani diaktifitas harian kita, namun
dilematika dunia sering memaksa kita untuk berprilaku tidak memenuhi target
kesempurnaan itu sendiri, karena hanya Dialah Sang Maha Daya Sempurna yg
memiliki 100 prosen ruang tanpa dualitas itu sendiri, sementara kita berusaha
sekuat tenaga jiwa dan raga untuk menempel ke titik yg paling atas untuk
menempel kpd Sang Daya Sempurna itu sendiri dengan kebijakan – kebijakan
prilaku harian kita.
========================================================================
Berproses itu tidaklah serta merta berhasil dan kita trus berjuang
sampai jasad kita dikafani dan dikubur ke dalam tanah ataupun dikremasi, inilah
masa aktif kita bersama jasad untuk selalu menuju kesempurnaan itu sendiri.
========================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar